Perkotaan

Memanggungkan Teh dari Kebun Nusantara

Editor Mohammad Hilmi Faiq
·sekitar 4 menit baca

 

Dari tangan-tangan kecil petani di perkampungan kaki pegunungan, teh bisa melalang buana hingga ke seluruh dunia. Teh-teh itu dipertemukan dengan pembelinya untuk dibawa ke seluruh dunia, salah satunya melalui Jakarta Auction Tea. Memanggungkan teh dari perkebunan nusantara.

Benediktus Krisna Yogatama

“Kertamanah. Lot 91,” ujar petugas pembawa acara lelang kepada peserta lelang.

Maksud ucapan petugas lelang itu adalah kini saatnya bagi peserta lelang untuk mengajukan penawaran pada komoditas teh yang dihasilkan dari kebun di Kertamanah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang dimiliki dan dikelola PT Perkebunan Nusantara VIII (PTNP).

Suasana hening dari peserta lelang yang takzim menyimak pun mendadak berubah ramai. Tak sampai sedetik usai petugas lelang selesai bicara, para peserta lelang pun mengajukan penawarannya.

“149!” ujar seorang peserta lelang.

“149. Tri,” ujar petugas lelang itu menyebutkan besarnya penawaran dan identitas si penawar.

Tri yang dimaksud petugas lelang singkatan dari PT Trijasa Prima International, perusahaan pembeli teh yang baru saja mengajukan penawaran. Adapun 149 artinya, perusahaan itu mengajukan penawaran sebesar 1 dollar 49 sen untuk komoditas yang ditawarkan itu.

KOMPAS/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA

Para pembeli teh sedang menyimak penawaran harga lelang yang disampaikan petugas lelang pada acara Jakarta Auction Tea yang diselenggarakan PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) di kantornya, Jalan Cut Meutia, Jakarta, Rabu (24/7/2019). Anak usaha dari Perkebunan Nusantara Holding ini rutin menggelar Jakarta Tea Auction, setiap Rabu mulai pukul 10.00 hingga 11.30. Adapun jenis teh yang dilelang adalah jenis teh dengan pengolahan Crushing Tearing Curling (CTC) dan Orthodox atau pengolahan gaya lama.

Sedetik kemudian, ada seorang pria mengacungkan tangannya.

“150. Van Rees,” ujar petugas lelang usai melihat pria yang mengacungkan tangannya itu

Artinya, perusahaan pembeli teh PT Van Rees Indonesia, yang merupakan anak usaha perusahaan asal Belanda, Van Rees, baru saja mengajukan penawaran lebih tinggi dari PT Trijasa, yakni sebesar 1 dollar 50 sen.

“152!” ujar peserta lelang lainnya

“152. Pada,” ujar petugas lelang.

Kini giliran Pada, yang merupakan panggilan singkat dari CV Padakersa, yang mengajukan penawaran lebih tinggi yaitu 1 dollar 52 sen. Persaingan mendapatkan komoditas teh dari Kertamanah ini pun semakin sengit.

“153!” ujar pria yang sebelumnya hanya mengacukan tangan itu kini bersuara.

“153. Van Rees,” ujar petugas lelang.

Penawaran itu seakan menjadi klimaks dari perebutan sengit komoditas itu. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Rupanya tidak ada lagi penawaran yang lebih tinggi dari itu.

“Lot 91 Kertamanah. 153. Van Rees,” ujar petugas lelang sambil mengetok palu. Artinya, teh Lot 91 dari kebun Kertamanah resmi dibeli PT Van Rees Indonesia dengan harga 1 dollar 53 sen.

Jakarta Auction Tea

Demikian sepotong aktivitas lelang teh, Jakarta Tea Auction, yang dilakukan PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) di kantornya, Jalan Cut Meutia, Jakarta, Rabu (24/7/2019). Anak usaha dari Perkebunan Nusantara Holding ini rutin menggelar Jakarta Tea Auction, setiap Rabu mulai pukul 10.00 hingga 11.30.

“Pada hari ini, kami menawarkan total 12.460 paper sak teh dengan total berat mencapai 654.940 kilogram. Ada dua jenis teh yang ditawarkan yaitu CTC dan Orthodox,” ujar Manajer Pengembangan Bisnis Teh PT KPBN Dudhie Irawadhi Ahmad.

Dua jenis teh yang dimaksud adalah jenis teh hitam dengan cara pengolahan yang berbeda. CTC merupakan singkatan dari Crushing Tearing Curling (CTC) dan pengolahan gaya lama atau Orthodox. Adapun teh-teh yang ditawarkan itu berasal dari seluruh perkebunan teh milik dibawah holding perkebunan.

Dudhie menjelaskan, tiga pekan sebelum dilaksanakannya lelang, para pembeli ini sudah dikirimi sampel jenis teh dan katalog teh yang akan ditawarkan dalam lelang, Dalam katalog juga sudah ditawarkan berapa banyak tonase teh yang ditawarkan. Jadi saat lelang berlangsung, para pembeli sudah selesai menimbang dan berhitung sehingga mampu memutuskan untuk membeli atau tidak.

“Selama tiga pekan itu mereka bisa melihat kualitas barangnya yang akan ditawarkan dan mencocokannya dengan permintaan pembeli dan pasar. Sehingga saat lelang, mereka bisa langsung mengajukan penawaran,” ujar Dudhie.

Acara lelang teh hari itu ramai dihadiri setidaknya 16 pembeli teh. Mereka terdiri dari entitas usaha maupun pembeli perseorangan. Para pembeli teh yang hadir itu antara lain PT Unilever Indonesia, PT Intraco Penta Wahana, PT Van Rees Indonesia, PT Trijasa Prima International, dan CV Padakersa. Sedangkan pembeli perseorangan yang hadir seperti Yoosuf Akbani.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Aktifitas pengepakan teh di pabrik teh di kawasan Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Kota Slawi dikenal sebagai pusat teh karena banyak pabrik teh besar yang berada di kota tersebut.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG (MYE)
12-07-2019
Untuk Tulisan Ekspedisi Teh Jawa Tengah

Marketing Manajer PT Trijasa Prima International, Sianto, mengatakan, ada tiga jenis pembeli teh yang hadir dalam lelang teh. Pembeli jenis pertama adalah murni pembeli, seperti CV Padakersa misalnya. Mereka membeli teh untuk kemudian dijual lagi ke packer atau pabrik pengemasan teh yang dijual ke konsumen ataupun ke pedagang lainnya.

Pembeli jenis kedua adalah pedagang teh yang juga pabrikan teh, seperti perusahaannya. Jadi perusahannya juga memiliki pabrik teh, namun juga menjual teh ke packer atau pedagang lainnya.

“Setiap bulan kami harus memenuhi kebutuhan sekitar 1.500 ton teh. Sebagian kami dapatkan disini. Adapun teh kami ekspor juga ke 16 negara antara lain Malaysia, Rusia, China, dan lain-lain,” ujar Sianto.

Pembeli jenis ketiga, lanjut Sianto, adalah packer, seperti Unilever misalnya. Jadi mereka datang ke lelang teh untuk membeli barang untuk memenuhi kebutuhan produksinya.

Sianto mengapresiasi konsistensi dilakukannya lelang teh. Dengan demikian, hasil-hasil teh perkebunan nusantara bisa tersalurkan dan menemukan calon pembelinya.

“Lelang ini meningkatkan harga teh sehingga terasa menjadi barang yang diperebutkan. Selain itu harga yang terbentuk dari lelang ini fair. Tidak bisa main mata disini untuk dapatkan harga dan barang,” ujar Sianto.

 

 

 

Artikel Lainnya