”Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh…”
Di atas adalah penggalan puisi karya Taufik Ismail yang berjudul ”Beri Daku Sumba” pada 1970. Lewat puisinya itu, jelas sekali Taufik terpana dan kagum luar biasa dengan alam Sumba. Sumba, pulau seluas 11.000 kilometer persegi di Nusa Tenggara Timur, ibarat surga yang lain di Nusantara.
Dari Jakarta, terbang ke Sumba butuh waktu 3 jam 10 menit untuk mendarat di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur. Waingapu kerap menjadi home base bagi pelancong yang berkunjung ke Sumba. Dari Waingapu pula penjelajahan hingga ke pelosok dimulai, sampai ke bagian barat pulau ini. Dari ujung timur ke ujung barat, perlu waktu 4 jam berkendara dengan mobil.
Sumba punya kelengkapan daya tarik luar biasa, mulai dari savana, air terjun terpencil, pantai yang memesona, hingga hutan-hutannya yang berisi satwa-satwa luar biasa. Tak heran, pulau ini belakangan kerap dijadikan lokasi pengambilan gambar beberapa film. Sebut saja Susah Sinyal, Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak, dan Pendekar Tongkat Emas.
Tak percaya? Berikut rekaman gambar Totok Wijayanto, fotografer harian Kompas, bersama Tim Ekspedisi Wallacea saat berkunjung ke Sumba pada Juli 2019.