KOMPAS/HARRY SUSILO

Salah satu anggota tim ekspedisi tujuh puncak dunia membawa clean mountain cans (CMC) untuk keperluan buang hajat di kamp utama Denali, Alaska, Amerika Serikat, akhir april lalu. CMC yang merupakan toilet portabel berbentuk bulat berwarna hijau digunakan untuk menyimpan sampah pencernaan pendaki untuk nanti dibawa turun sehingga tidak mengotori Gunung Denali.

Pendakian Gunung Denali di Alaska

Sisi Lain Ekspedisi: Pengelolaan Gunung Bersih Denali

·sekitar 4 menit baca

Jika ingin ke “belakang”, jangan lupa untuk menggunakan CMC. Saya meletakkannya di depan tenda dapur,” ujar Kurt Hicks, pemandu dari American Alpine Institute, yang mengingatkan hal tersebut kepada anggota tim ekspedisi tujuh puncak dunia, saat baru tiba di Kahiltna, kamp utama Denali, Alaska, Amerika Serikat, akhir April lalu.

Clean mountain cans (kaleng untuk kebersihan gunung/CMC) merupakan toilet portabel berbentuk bulat yang dipakai untuk menyimpan hajat manusia saat mendaki Denali. Wadah berwarna hijau tersebut disediakan pihak Taman Nasional Denali kepada setiap kelompok pendaki dengan tujuan agar kotoran dalam bentuk apa pun tidak ditinggalkan di Denali.

“Kami akan membekali plastik untuk membawa sampah kalian kembali dan CMC untuk membawa kotoran pencernaan kalian,” ujar Coley Gentzel, salah satu petugas Taman Nasional Denali, saat menerima tim ekspedisi yang melakukan registrasi ulang sebelum pendakian.

Sebelum mulai bergerak ke kamp utama, setiap orang akan mendapatkan penjelasan oleh petugas melalui slide show lebih kurang selama setengah jam, yang di dalamnya termasuk membahas penerapan pendakian yang ramah lingkungan.

Para penjaga taman nasional menekankan akan pentingnya climb clean leave no trace atau mendaki gunung dengan bersih, tidak meninggalkan jejak kotoran dalam bentuk apa pun. Kebijakan untuk membawa sampah pendakian sebenarnya sudah dimulai sejak akhir 1970-an, tetapi untuk membawa turun “sampah” pencernaan baru dimulai sejak akhir 1990-an.

Awalnya, para pendaki hanya dibekali plastik sampah yang kemudian juga acap kali diabaikan. Hingga pada 2001, salah satupetugas Taman Nasional Denali, Roger Robinson, menciptakan wadah yang kemudian diberi nama CMC untuk mempermudah pendaki membawa kembali hajat mereka.

CMC ini didesain ringan dengan berat hanya sekitar 1,2 kilogram dan diameter 8 inci. Wadah bulat ini dapat memuat hajat manusia sekitar enam liter atau dapat digunakan 10-14 kali, dengan estimasi setiap kali buang air besar, kotoran yang dibuang mencapai 0,75 kilogram ditambah dengan tisu toilet di dalamnya. Penggunaannya dengan cara diduduki.

Tempat ini juga cukup higienis meskipun kedap bau karena memiliki ventilasi dari bahan gore tex yang memungkinkan untuk dibawa pada ketinggian yang bertekanan udara rendah. Untuk itu, setelah mendapat restu dari American Alpine Club (AAC), Roger memesan 50 unit CMC untuk diuji coba.

Setahun kemudian atau pada 2002, setidaknya terdapat 500 pendaki yang menguji cobanya dengan membawa ke Denali dan berhasil mengurangi kotoran dan sampah terutama di ketinggian. Untuk mengembangkan program tersebut, pihak taman nasional menambah pengadaan CMC hingga 1.100 unit pada 2007.

Biaya pengadaan dan perawatan CMC yang dibuat oleh Geo Toilet System ini diambilsebagian dari biaya administrasi pendakian yang dipungut sebesar 200 dollar AS per orang. Meskipun ringan, bahan yang digunakan untuk membuat CMC ini juga cukup kuat. Saat diuji coba, CMC tidak rusak meskipun dijatuhkan dari ketinggian sekitar 600 meter.

Inovasi CMC ini diikuti dengan pemberlakuan regulasi untuk memaksa pendaki menerapkan “pendakian bersih” mulai dari kamp utama hingga puncak Denali. “Bagi kelompok pendaki yang ketahuan meninggalkan hajat ataupun sampah akan dikenai denda 150 dollar AS per orang,” kata Roger, saat ditemui di Kahiltna.

Dengan adanya “paksaan” dari pihak taman nasional tersebut, tidak heran jika Denali yang berketinggian 6.194 meter di atas permukaan laut saat ini juga mendapat predikat baru sebagai salah satu gunung terbersih di jagat raya selain juga tersohor karena dinginnya. “Sebelumnya tempat ini kotor sekali. Terutama di kamp tiga ke atas,” ujar Roger coba mengingat.

Tak berlebihan jika soal kebersihan, Gunung Denali bisa dikatakan jauh lebih baik daripada enam puncak tertinggi lainnya. Sebagai perbandingan, saat tim ekspedisi mendaki Aconcagua, masih banyak sampah dan hajat manusia yang tak dibersihkan oleh para pendaki terutama setelah kamp utama Plaza de Mulas (4.300 meter di atas permukaan laut/mdpl). Di Aconcagua, para agen pendakian dan pihak taman nasional memang menyediakan toilet umum, tetapi hanya di kamp- kamp tempat menginap dan tak lebih dari ketinggian 5.900 mdpl.

Adapun saat mendaki ke Pegunungan Jayawijaya, kondisinya lebih parah. Di dataran pegunungan di Papua ini sama sekali tidak ada tempat khusus untuk membuang sampah ataupun hajat sejak awal pendakian. Alhasil, kebanyakan pendaki tidak membawa sampah merekakembali, ada yang dibakar ataupun dibiarkan tercecer. Adapun “sampah” pencernaan dibuang di mana pun.

Meskipun hajat manusia dapat terurai, tetapi pembuangannya yang tidak dilokalisasi dan tidak diatur dapat menyebabkan penyakit. Untuk itu, jika pihak Taman Nasional Denali dan para pendaki di AS bisa menjaga kebersihan gunungnya seperti Denali, kenapa Indonesia tidak?

Padahal, Indonesia punya puluhan gunung yang memiliki daya tarik luar biasa, salah satunya adalah bagian dari tujuh puncak tertinggi dunia, Carstensz Pyramid. Sayangnya, hingga kini tak satu gunung pun yang punya manajemen pengelolaan sampah ataupun kotoran manusia.

Artikel Lainnya