KOMPAS/AGUS SUSANTO

Pembangkit Listrik Tenaga Uap Co Firing

Cahaya yang Menjaga Asa Kehidupan

·sekitar 6 menit baca

Di samping mengurangi pemakaian batubara, PLTU ”co-firing” juga memberi sejumlah manfaat, seperti peluang usaha baru lewat pemanfaatan cangkang kelapa sawit dan pemanfaatan FABA.

Oleh Emanuel Edi Saputra

Keberadaan pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU co-firing Sintang di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, memberikan manfaat bagi sekitar. Hal itu, misalnya, terlihat dari pemanfaatan abu sisa pembakaran batu bara dan cangkang kelapa sawit. Aliran listrik menerangi usaha di sekitarnya, sawit petani terserap hingga menjadi tambahan penghasilan bagi sopir pengangkut cangkang kelapa sawit.

Hendro (32), salah satu pekerja di tempat usaha pembuatan bata beton (paving block) di Sintang, Kalbar, mengumpulkan pasir, batu halus, FABA (fly ash bottom ash) yang merupakan abu sisa pembakaran batubara dan cangkang kelapa sawit di salah satu sudut ruangan. Campuran tersebut dimasukan ke suatu alat. Sesaat sebelum campuran diaduk, Hendro menuangkan air ke dalamnya. Proses pengadukan memerlukan waktu sekitar 5 menit.

Setelah semuanya tercampur, Hendro mengambil campuran tersebut dan memasukkannya ke cetakan paving block. ”Per hari saya bisa memproduksi paving block sekitar 100 buah,” ujar Hendro saat dijumpai, Minggu (11/10/2021).

Setelah dicetak, paving block tersebut diletakkan di tempat khusus. Dua minggu setelah itu barulah paving block bisa dijual. Tempat pembuatan paving block tersebut baru beberapa bulan belakangan menggunakan tambahan FABA dalam proses produksinya.

Joko (39), pemilik usaha pengolahan paving block tersebut, mengatakan, tempat usahanya mulai menggunakan campuran FABA dalam membuat paving block sekitar enam bulan. Dengan FABA sebagai salah satu campuran, ia bisa menghemat biaya pengeluaran semen. Selain itu, FABA juga bisa lebih menambah kekuatan kualitas produk.

”Penggunaan FABA menghemat biaya produksi sekitar 15 persen dari total biaya produksi karena penggunaan semen lebih hemat,” kata Joko.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Hendro mengaduk material untuk pembuatan paving blok di CV Beton Agung, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Senin (11/10/2021). Salah satu material yang digunakan adalah FABA atau limbah pembakaran batu bara PLTU.

Ia mendapatkan informasi terkait penggunaan FABA sebagai salah satu campuran untuk membuat paving block dari temannya di Jawa. ”Kata teman saya bisa untuk menghemat biaya produksi,” ungkap Joko.

Joko kemudian bertemu dengan pihak PLTU Sintang untuk mengetahui prosedur apa saja yang harus dipenuhi agar mendapatkan FABA. Ternyata FABA bisa didapatkan secara gratis. Awalnya, ia mendapat 4 ton FABA dari PLTU Sintang. ”Bahan baku FABA diambil dua bulan sekali sebanyak 4 ton. Jumlah 4 ton FABA bisa untuk memproduksi 8.000 paving block,” ujarnya.

Supervisor Energi Primer PLTU Sintang Tri Teguh Setiawan menuturkan, proses FABA bermula dari sisa pembakaran batubara dan cakang sawit di boiler PLTU. Rata-rata dalam satu bulan PLTU Sintang bisa menghasilkan 1-2 ton FABA.

PLTU Sintang bisa bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, dan menangah (UMKM) daerah tersebut karena pemerintah telah mengeluarkan FABA dari limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). Pemerintah telah menghapus FABA dari kategori limbah B3 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dengan demikian, FABA bisa dimanfaatkan untuk beberapa jenis kegiatan salah satunya sebagai campuran paving block dan juga untuk stabilisasi tanah dalam pengerasan jalan.

PLTU Sintang pada awalnya mencari pelaku usaha yang bersedia memanfaatkan FABA. PLTU Sintang akhirnya menemukan tempat usaha milik Joko yang memproduksi paving block. Siapa pun warga yang dekat dengan PLTU Sintang sebetulnya bisa memanfaatkan FABA untuk usahanya karena PLTU juga ingin mengurangi FABA.

Uji coba pemanfaatan FABA juga sudah dilakukan di sekitar PLTU Sintang untuk pengerasan jalan yang menggunakan sekitar 30 ton FABA dengan panjang jalan 6 x 40 meter. PLTU Sintang berharap ke depan bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk pengerjaan akses jalan di suatu wilayah, misalnya dengan menggunakan FABA.

Supervisor Operasi PLTU Sintang Hari Juniansyah menuturkan, FABA juga bisa difungsikan untuk stabiliasai tanah dan panel beton untuk jalan. Itu sebagai bentuk uji coba pemanfaatan FABA di lingkungan PLTU Sintang. Di salah satu sudut lingkungan PLTU Sintang terdapat lahan yang akan dijadikan galeri produk FABA seluas 150 meter x 3 meter. Nantinya, ketika orang ke lokasi tersebut ingin melihat pemanfaatan FABA, ia dapat melihat produk-produk dari FABA.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Hendro mengerjakan pembuatan paving blok berbahan campuran FABA dari PLTU Sintang di CV Beton Agung, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Senin (11/10/2021).

Petani sawit

Keberadaan PLTU Sintang tersebut, selain menyediakan FABA yang bisa dipergunakan dunia usaha, juga menciptakan ekonomi sirkular di sekitarnya. Cangkang kelapa sawit yang dipasok penyuplai ke PLTU Sintang tersebut berasal dari petani di sekitarnya.

Keberadan PLTU Sintang juga memberikan manfaat bagi sekitarnya, misalnya saja penyerapan sawit petani karena cangkangnya dimanfaatkan untuk bauran energi. Syeh Julkarnain (30), petani sawit di Sintang, menuturkan, ia memiliki kebun sawit sekitar 2 hektar. Panen per dua minggu sekitar sebanyak 1,4 ton dengan harga Rp 2.600 per kg. Sawit kemudian dijual ke pabrik. Harga sawit tandan buah segar di pabrik Rp 2.600 per kg.

”Digunakannya cangkang kelapa sawit untuk PLTU Sintang tersebut menambah pasar. Selain itu, dengan pemanfaatan cangkang kelapa sawit oleh PLTU diharapkan harga buah sawit semakin meningkat dan ada keberlangsungan,” ujarnya.

Keberadan PLTU Sintang juga memberikan manfaat bagi sekitarnya, misalnya saja penyerapan sawit petani karena cangkangnya dimanfaatkan untuk bauran energi.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Petani memanen sawit di Desa Anggah Jaya, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Selasa (12/10/2021). Limbah cangkang sawit tersebut digunakan untuk campuran bahan bakar batu bara di PLTU Sintang.

Manager Unit Layanan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Disel Sintang Muhamad Sony Bintang Pradana menuturkan, salah satu mitra penyuplai merupakan pengepul yang lokasinya 7-8 km dari PLTU Sintang. Salah satu perusahaan penyuplai tersebut tidak memiliki perkebunan sehingga perusahaan memaksimalkan penyerapan hasil kebun warga.

Penggunaan cangkang kelapa sawit sebagai bahan baku energi di PLTU Sintang juga memberikan tambahan usaha bagi sopir truk warga Sintang. Cangkang kelapa sawit dari penyuplai yang telah diolah diangkut menggunakan truk ke PLTU Sintang.

Seperti pada Selasa (12/10/2021), truk yang membawa cangkang kelapa sawit berjejer masuk ke kawasan PLTU Sintang. Cangkang kelapa sawit tersebut berasal dari penyuplai. Hasan (18), salah satu sopir truk pengangkut cangkang kelapa sawit, menuturkan, sebelumnya ia hanya mengangkut timbunan tanah untuk pembangunan ruko. Kini, ada rute tambahan untuk mengangkut cangkang kelapa sawit.

Hari itu (Selasa) untuk pertama kalinya ia mengangkut cangkang kelapa sawit. Ia mendapat tambahan penghasilan sekitar Rp 60.000 dari pengangkutan cangkang kelapa sawit tersebut. Penghasilan tersebut cukup berarti bagi dia. Apalagi, sejak Covid-19 perekonomian sulit. ”Semoga ini bisa berkelanjutan,” ucapnya.

Peternak ayam

Listrik yang dihasilan dari PLTU Sintang juga bermanfaat bagi peternak ayam di sekitarnya. Suriansyah (42), pemilik peternakan ayam di Sintang, menuturkan, ia beternak ayam broiler/ayam potong sudah berjalan tiga tahun.

”Listrik sangat penting dalam menjalankan usaha ini. Cahaya di kandang diperlukan agar ayam mau makan. Kalau gelap, ayam biasanya tidak mau makan,” ujarnya.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Peternakan ayam yang menggunakan penerangan listrik dari PLTU Sintang di Desa Anggah Jaya, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Selasa (12/10/2021).

Listrik juga diperlukan untuk pemanasan di kandang bagi bibit ayam yang dibantu pula dengan gas pemanas. Maka perlu listrik 24 jam. Adanya PLTU sangat bermanfaat bagi usahanya.

Air untuk keperluan peternakan tersebut menggunakan sumur bor. Penyedotan air menggunakan mesin sehingga memerlukan listrik. Jika tidak ada listrik satu hari saja, akan sulit baginya. Apalagi, jika usia ayam sudah 16 hari hingga panen, dalam satu hari menggunakan air minum 6.000 liter. Di peternakannya ada 3.000 ayam.

Artikel Lainnya