KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Bayu

PLTS Oelpuah Memperkuat Sistem Kelistrikan Timor

·sekitar 4 menit baca

Sinar matahari begitu menyengat siang itu, pukul 10.30 Wita. Hamparan 22.008 modul surya memadati areal seluas 7,5 hektar di sudut utara Desa Oelpuah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS Oelpuah berkapasitas 5 megawatt peak (MWp) listrik dan menyumbang 4-5 persen listrik dari total 160 MW sistem kelistrikan di Timor.

Oleh KORNELIS KEWA AMA

PLTS itu berada di sisi ruas jalan, bagian utara Desa Oelpuah, sekitar 700 meter dari Kantor Desa Oelpuah dengan kapasitas terbesar di Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan untuk saat ini masih terbesar di Indonesia, sebelum PLTS Cirata Jawa Barat, dengan kapasitas 145 MWp beroperasi. PLTS Oelpuah dibangun di awal 2015 dan diresmikan Presiden Joko Widodo pada Januari 2016.

General Manajer PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Unit Induk Wilayah NTT Agustinus Jatmiko di Kupang, Jumat (15/10/2021) mengatakan, kapasitas listrik di sistem Timor 160 MW, beban puncak 100 MW. PLTS Oelpuah menyumbang 4-5 persen dari kapasitas tersebut.

“PLTS Oelpuah memperkuat sistem kelistrikan di Timor. PLTS ini bisa melistriki lebih dari 10.000 unit rumah warga dengan daya listrik 450 volt ampere (VA) atau 5.500 rumah tangga dengan daya 900 VA,” kata Jatmiko.

Terkait pengembangan energi terbarukan di NTT, ke depan PLN akan membangun pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) berkapasitas 22 MWp di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Selain itu, dalam beberapa tahun ke depan ada pengembangan pembangkit gabungan antara PLTS dan PLTB Dua jenis pembangkit energi terbarukan ini terpusat di satu lokasi sehingga membutuhkan areal yang luas.

“Jadi, ke depan sumber energi terbarukan yang akan dikembangkan sehingga energinya lebih bersih. Di sistim Timor ini masih banyak lahan luas untuk pengembangan energi terbarukan. Intinya pendekatan dengan masyarakat. Tetapi, dengan pengembangan energi terbarukan tidak berarti energy fosil ditinggalkan sama sekali, tentu masih digunakan untuk berkolaborasi dengan sumber energi terbarukan,” ujar Jatmiko.

Kompas/Kornelis Kewa Ama

Inilah pusat listrik tenaag surya (PLTS) yang dibangun pihak swasta di desa Oelpuah Kabupaten Kupang, berkapasitas 5 MW, Minggu (4/10/2020). Listrik ini dikoneksikan dengan PLN setelah terjadi kesepakatan harga penjualan.

Badai Seroja di NTT pada April lalu telah merusak sejumlah fasilitas milik PLN. Sekitar 4.002 gardu listrik rusak berat, tetapi dalam waktu singkat PLN berhasil memulihkan dan memperbaiki. Kerusakaninf listrik itu berdampak pada kehidupan masyarakat. Namun, secara bertahap listrik menyala lagi dan hingga Mei 2021, seluruh listrik di NTT pulih 100 persen.

Operator dan teknisi PLTS Oelpuah Mateus Manggo, mengatakan, jumlah 2.008 modul surya yang ada pada pembangkit tidak memiliki batas waktu pemakaian. Selama sel surya bagus, modul itu masih bisa menangkap cahaya matahari. Tetapi, modul tersebut makin hari terus menurun kemampuannya menangkap cahaya. Itu berarti ada sel surya yang putus sehingga sehingga perlu diganti. Selama 6 tahun beroperasi, sebanyak 100 modul yang diganti.

Modul yang tergantikan itu tidak dibuang, tetapi diperbaharui lagi agar masih bisa memiliki daya tangkap 230 watt peak (Wp) per modul. PLTS Oelpuah sudah berusia 6 tahun tetapi kemampuan modul-modul itu relatif masih stabil.

Intermiten

Jika sel modul putus atau pecah, maka konteksi antara satu sel dengan sel lain terganggu sehingga satu modul yang seharusnya menyimpan 230 Wp bisa turun menjadi 228 Wp atau 229 Wp. “Ada 48 modul yang daya tangkapnya menurun dan kami gunakan untuk PLTS atap dengan kapasitas listrik yang dihasilkan 6.000 watt,” ucap Manggo.

Kapasitas PLTS paling rendah mencapai 500 kilowatt peak seperti terjadi saat badai Seroja, pada 3-5 April 2021. Kelemahan listrik yang dihasilkan PLTS, yakni daya yang dihasilkan tidak stabil. Jika terjadi cuaca mendung, hujan, awan menutup sinar matahari di lokasi itu, daya langsung anjok dalam hitungan detik.

“Sistem PLTS sangat tergantung sinar matahari ditangkap modul. Saat daya PLTS anjlok tentu PLN juga kesulitan. Tapi, PLTS memang sangat fluktuatif,” ujar Manggo.

Kompas/Kornelis Kewa Ama

Markus (53) baju kuning, dan Riski (27) petugas pembersih di areal PLTS Oelpuah Kupang, Jumat (15/10/2021).

Jika matahari terlalu panas, misal lebih dari 37 derajat celsius, pun tidak baik untuk keawetan modul. Modul itu memiliki kemampuan menangkap cahaya pada suhu tertentu, jika melebihi kapasitas cahaya alat akan rusak secara perlahan.

PLTS Oelpuah ini menjadi pusat studi, penelitian, dan praktik mahasiswa dari Program Studi Teknik Elektro Universitas Nusa Cendana, Kupang, dan sejumlah perguruan tinggi lain. Bahkan, sebagian dari mereka ada juga yang melamar pekerjaan di situ. Di PLTS Oelpuah dipekerjakan enam orang, dua orang tenaga operator, dua tenaga pengamanan, dan dua orang petugas kebersihan.

Petugas kebersihan setiap hari membersihkan modul-modul yang ada dengan kain agar debu tidak menempel sehingga tidak mengganggu panel saat menangkap sinar matahari. Aset-aset PLN harus dijaga bersama sehingga aset-aset itu beroperasi dengan baik.

Artikel Lainnya