Gunawan

Peta Sangatta-Penajam

Liputan Kompas Nasional

Jelajah Kalimantan: Jembatan Penghubung, Jembatan Impian

·sekitar 2 menit baca

Melewati jalan-jalan hancur sejak dari ujung utara Kalimantan Timur di Nunukan, perjalanan darat lintas selatan trans-Kalimantan berujung di Teluk Balikpapan. Untuk melanjutkan perjalanan ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan, harus menggunakan kapal feri karena jembatan belum selesai terbangun. Tak banyak orang tahu, kami pun baru pertama kali menyeberangi teluk ini.

Jembatan di Teluk Balikpapan, yang dalam perencanaan disebut Jembatan Pulau Balang, telah diimpikan pelintas batas Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim)-Kalimantan Selatan (Kalsel) sejak tahun 1980-an. Namun, kurangnya komitmen dan minimnya dana membuat jembatan itu masih sebatas mimpi. Hingga awal tahun ini, baru tertanam tiang-tiang pancang yang menyembul dari dalam sungai. Belum pasti kapan jembatan akan tegak berdiri.

Penyeberangan kapal feri melintas teluk dari Balikpapan menuju Penajam merupakan pilihan rute terbaik menuju Banjarmasin, dari Balikpapan. Dengan waktu layar satu jam, pengendara dapat menghemat waktu ketimbang memutar lewat Kabupaten Penajam Pasir Utara dengan tambahan jarak lebih dari 100 kilometer dan waktu dua jam lebih. Meski demikian, waktu yang dibutuhkan untuk antre masuk kapal feri lebih lama. Sudah satu jam kami menunggu, antrean masih saja mengular.

Belum selesai Jembatan Pulau Balang sepanjang total 1,2 kilometer dibangun “keroyokan” oleh Pemerintah Provinsi Kaltim dan Departemen Pekerjaan Umum (PU), muncul rencana tandingan pembangunan jembatan baru yang lebih panjang, lebih mewah, sepanjang 4 kilometer, di lokasi yang tak terlalu jauh dari jembatan yang belum jadi itu. Rencana tersebut dimunculkan Bupati Penajam Paser Utara. Bahkan, maket jembatan mewah itu sudah dipajang di kantor bupati.

“Pertama, membangun jembatan harus menyurvei kebutuhan pelintas, jangan sampai ternyata tak layak dan sebenarnya mampu dilayani penyeberangan. Kedua, bila ada alternatif jembatan lebih murah, kenapa tidak dipertimbangkan,” kata Herry Vaza, Kepala Subdit Teknik Jembatan, Ditjen Bina Marga, Departemen PU, kemarin di Dermaga Penyeberangan Kariangau, Balikpapan.

Selain rencana tandingan, Jembatan Pulau Balang pun tak lepas dari serangan aktivis lingkungan. Mereka keberatan sebab jalan akses jembatan melintas di wilayah Hutan Wain. Belum lagi ada pesut dan ikan duyung di perairan Teluk Balikpapan.

Sementara ini, penjelajahan Kompas telah menempuh jarak 1.019 kilometer. Jarak ini kurang dari 30 persen jarak tempuh perjalanan yang direncanakan. Dua mobil hancur sudah, namun jalan masih panjang menuju batas terujung Kalimantan Barat di Kabupaten Sambas. (RYO/ AIK/FUL)

Artikel Lainnya