Kondisi infrastruktur transportasi di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, yang berbatasan dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia, sangat minim. Enam dari 12 kecamatan yang ada terisolasi karena tidak memiliki akses transportasi, baik udara, sungai, maupun darat, dengan daerah lain di Indonesia.
Akibatnya, sekitar 10.200 jiwa dari 60.000 jiwa penduduk kabupaten ini tergantung dari Malaysia untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti bahan bakar, bahan makanan, dan bahan bangunan. Malaysia lebih dekat, warga hanya perlu jalan kaki menembus hutan selama 2-12 jam.
Hal itu disampaikan Asisten Pemerintahan Kabupaten Malinau Hendris Damus saat menemui tim Jelajah Kalimantan Kompas dan Departemen Pekerjaan Umum di Kantor Bupati Malinau, Jumat (6/2).
Hendris Damus mengatakan, ada dua kecamatan yang hanya dapat dijangkau lewat sungai, yaitu Pujungan dan Bahau Hulu. “Belum ada jalan darat dan penerbangan reguler. Pada musim kemarau, air Sungai Kayan kering sehingga perahu kandas,” katanya.
Tiga kecamatan lain hanya dapat diakses lewat udara, yaitu Kayan Hilir, Kayan Hulu, dan Kayan Selatan. Namun, sejak September 2008 tidak ada penerbangan reguler akibat PT Dirgantara Air Service berhenti beroperasi karena masalah keuangan. “Sempat, 200 warga kami terdampar di Samarinda,” kata Andrias Tulak, mantan Kepala Dinas PU Malinau.
Saat penerbangan masih ada, harga semen Rp 1,2 juta per zak di Kayan. Untuk membangun jembatan di ruas Long Nawang ke Long Ampung, bahan material yang dibeli di Surabaya harus diangkut memutar lewat Sabah.
“Biaya angkut material sama mahalnya dengan harga material itu. Belum lagi membayar pungli angkut ke cukong kayu di perbatasan Sabah,” kata Andrias.
Menurut Ellyas Yesaya, warga Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, akibat tak ada sarana transportasi ke wilayah lain di Indonesia, warga menjual beras adan (padi ladang) kepada penduduk Serawak, Malaysia. Hasil penjualan dibelikan kebutuhan, seperti gula, garam, bahan bakar, dan bahan bangunan.
Di wilayah itu harga gula Rp 10.000 per kg, adapun solar dan bensin Rp 30.000 per liter dari harga normal Rp 4.500 per liter.
Di Simanggaris, Kabupaten Nunukan, minimnya infrastruktur juga membuat akses pelayanan dasar, seperti pendidikan dan pelayanan kesehatan, terbatas. “Puskesmas terdekat sekitar 30 km. Jalan tak bisa dilewati jika hujan,” kata Solle (35), warga Simanggaris.
Sementara itu, Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang mengusulkan agar Departemen PU memperpanjang jalan layang Tumbang Nusa di Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, dari 7 kilometer yang ada saat ini menjadi 9 kilometer.
Perpanjangan itu akan menjadi solusi tersendatnya transportasi akibat ruas trans-Kalimantan di Tumbang Nusa tergenang luapan Sungai Kahayan dan Sebangau. (BRO/RYO/AIK/CAS)