KOMPAS/HER SUGANDA

Potret saat sebuah kapal berlabuh untuk melakukan bongkar muatan di Teluk Kijing.

Liputan Kompas Sumbagsel

Jelajah Musi 2010: Teluk Kijing, Merekam Jejak Masa Lalu

·sekitar 2 menit baca

Dari jauh, hanya pucuk atap-atap rumah yang terlihat di lembah itu. Lalu tampak jendela, dinding, pintu, tangga, dan akhirnya, perkampungan yang terendam pada pekan terakhir Februari lalu. Itulah Desa Teluk Kijing II, Kecamatan Lais, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Di gerbang desa itu kami membelalakkan mata, terpana.

Desa itu memang berada di tepi Sungai Musi. Kami gembira, tapi segera miris oleh realitas depan mata pada pekan terakhir Februari lalu itu. Puluhan hingga ratusan rumah panggung terendam. Sebagian jalan desa pun tidak lagi terlihat. Mobil dan sepeda motor diparkir di lokasi lebih tinggi di luar wilayah desa.

Kepala Desa Teluk Kijing II Margareta mengatakan, 1.500 rumah dari 2.000 rumah di desa itu kebanjiran. “Ketinggian air ada yang lebih dari orang dewasa (sekitar dua meter),” ujarnya. Akibat air meninggi, warga mengungsi ke kerabat. mereka.

Kisah sejarah

Dari jalan Palembang-Sekayu, desa ini hanya 11 kilometer, dari Palembang hanya 120 kilometer. Melalui sungai, Kijing II hanya 2,5 jam perjalanan dari Palembang dengan kapal cepat (speedboat) kekuatan 40 tenaga kerja.

Kijing II juga tidak terpencil. Telekomunikasi nyambung terus walau hanya sinyal Excelcomindo (XL) yang paling kuat.

Sesungguhnya Teluk Kijing ini menyimpan sejarah. Sekitar 2,5 kilometer ke arah hulu Sungai Musi, dekat tempuran Musi dan Sungai Batanghari Leko, ditemukan reruntuhan candi. Jejak permukiman kuno juga ada dalam rentang 4 kilometer di tepi Musi dan temuan fragmen- fragmen keramik kuno di kebun karet desa itu diduga dari abad VIII Masehi. Desa Kijing mungkin pernah jadi “kampung internasional”, disinggahi pedagang China dan India.

Terlebih, Sungai Musi sebagai satu-satunya akses penghubung antara kota di pedalaman, seperti Muara Kelingi, Babat Toman, dan Sekayu, dengan Palembang dan muara Musi; makin menjadikan posisi Teluk Kijing sangat strategis. Sebab ketika itu jalan raya belum dikenal.

Baiklah. Faktanya kini jalan desa sejauh 11 kilometer dari tepi jalan raya utama kini sulit dilalui kendaraan kecil akibat rusak berat. Buruknya kondisi jalan tersebut membuat mobilitas penduduk setempat terganggu.

Saat ini tidak pada tempatnya mencari penyebab kerusakan jalan. Yang terpenting memperbaiki kerusakan yang ada agar transportasi lancar dan ekonomi setempat kian tumbuh.

Harus dicarikan solusi tepat bagi permukiman di desa ini yang nyaman. Apalagi, dinding Sungai Musi di Teluk Kijing pun semakin sering terkena abrasi. (HARYO DAMARDONO)

Artikel Lainnya