KOMPAS/DANU KUSWORO

Peringatan HUT kemerdekaan dimulai dengan memasang bendera Merah Putih berderet dari titik batas Indonesia-Malaysia di Long Midang.

Liputan Kompas Nasional

Mudik Bersama demi Merayakan 17 Agustus * Jelajah Tapal Batas

·sekitar 4 menit baca

Perayaan 17 Agustus adalah hari besar bagi warga Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Kerabat dari sejumlah desa pedalaman, luar pulau, dan dari negara tetangga Malaysia ”reuni” untuk merayakan 17 Agustus. Di tengah keterbatasan infrastruktur di Krayan, rasa cinta warga daerah yang ada di perbatasan Indonesia-Malaysia itu kepada bangsa ini amat kuat.

Kaki Arismunandar (19) lincah menggocek bola dan menjaga bola tetap di dalam penguasaannya. Rekan-rekannya yang lain berusaha merebut bola itu. Peluh mereka menetes deras pada sore yang terik itu.

”Saya pulang supaya bisa main bola. Besok (perayaan 17 Agustus), tim Alud Jogja tampil,” ujar Arismunandar, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Janabadra, Yogyakarta, akhir Juli lalu, di sela-sela latihannya di Lapangan Long Bawan, Krayan.

Alud Jogja adalah nama tim sepak bola beranggotakan pelajar yang bersekolah di Yogyakarta. Nama tim sepak bola kebanggaan Arismunandar itu merupakan akronim dari Anak Lundayeh Jogja. Lundayeh merujuk nama suku asli Krayan.

Krayan, kecamatan seluas 769 kilometer persegi atau lebih luas dari DKI Jakarta, yang terletak di lembah perbukitan di Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) ini, menjadi salah satu titik perbatasan antara Indonesia dan Malaysia di Kalimantan Utara. Lokasinya yang berada di wilayah pegunungan menjadikannya salah satu daerah terisolasi di negeri ini. Kr

Akses menuju Krayan terbatas karena belum ada jalan darat yang menghubungkan daerah itu dengan wilayah Indonesia terdekat, Kabupaten Malinau. Jalan yang tersedia adalah jalan tanah yang menghubungkan Krayan dengan Ba’kelalan dan Lawas di Sarawak, Malaysia. Kondisi jalan itu pun berlubang dan sebagian ambrol di tepian jurang.

Jalan tanah di dalam wilayah Krayan hancur dan berdebu diterjang kendaraan milik pedagang Indonesia dan Malaysia yang hilir mudik mengantarkan barang kebutuhan warga. Lokasi Krayan yang lebih mudah dijangkau dari Malaysia mengakibatkan warga bergantung pada barang kebutuhan dari Malaysia, kecuali beras dan garam. Krayan penghasil beras adan yang berkualitas tinggi dan garam gunung.

Untuk menuju Krayan, warga dari Malinau harus menggunakan penerbangan perintis, seperti yang disediakan maskapai Susi Air, Mission Aviation Fellowship, dan Hevilift.

Tonglo Bulawan (27), warga Krayan yang mudik untuk merayakan 17 Agustus, misalnya, sudah memesan tiket pesawat Susi Air sejak akhir Juni lalu. Saat ini, ia tinggal di Malinau untuk mencari pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikan sarjana dan magister di Yogyakarta.

Tonglo datang ke Bandara Malinau untuk menitipkan perlengkapan tim sepak bola pemuda Long Bawan yang akan digunakan saat perayaan hari kemerdekaan.

Meski terisolasi, warga Krayan antusias merayakan 17 Agustus. Hampir setiap tahun, momen itu dirayakan besar-besaran, sebulan penuh dengan kegiatan olahraga. Mudik saat Agustus bahkan lebih ramai dibandingkan saat perayaan Natal di Krayan.

Jemmy Yusten (30), Ketua Panitia Pertandingan Bola Hari Kemerdekaan di Krayan, menuturkan, sebuah tim dari Malaysia akan datang bertanding. Para pemain itu umumnya juga berasal dari suku Lundayeh, atau memiliki hubungan kekerabatan dengan orang Krayan. Ketika tim dari Malaysia bertanding, suasana makin ramai karena warga Lundayeh dari Malaysia datang mendukung.

”Ini seperti reuni karena saudara bertemu saat momen 17 Agustus. Kerabat dari desa-desa pedalaman terjauh, bahkan dari Malaysia, datang. Mereka menginap di rumah saudara. Nanti kalau Malaysia merayakan kemerdekaannya, tim kami gantian ke sana,” kata Jemmy.

Upacara bendera

Untuk menandai dimulainya perayaan 17 Agustus, upacara bendera diadakan di Lapangan Long Apih, sekitar 4 kilometer (km) dari Long Bawan. Pemasangan bendera Merah Putih di lingkungan Krayan dimulai sejak 27 Juli. Sebanyak 2.400 bendera dipasang di perbatasan.

Jalan perbatasan sepanjang 12 km dimerahputihkan pada hari itu. Bendera berukuran 10 m x 6 m sehari sebelumnya juga dipasang di puncak Budug (Bukit) Paris di ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pada puncak peringatan 17 Agustus, 1.000 remaja putri akan menari di Lapangan Long Bawan.

Camat Krayan Helmi Pudaaslikar menuturkan, hari kemerdekaan dirayakan besar-besaran. Kendati demikian, kehadiran negara di Krayan dirasakan masih kurang.

”Krayan benteng terdepan NKRI di Borneo Utara. Tak bisa dimungkiri, rasa cinta Indonesia itu terancam terkikis apabila melihat kesejahteraan saudara di negeri tetangga lebih baik,” ungkap Helmi.

Dari 18.000 warga Krayan, 13.000 warga bertahan di kampungnya. Sekitar 5.000 orang lainnya pindah ke Malaysia, sebagian telah memiliki kartu identitas Malaysia. Eksodus warga terjadi sejak tahun 1950-an. Selain ke Malaysia, sebagian warga pindah ke Mentarang, Malinau.

Warga berpindah untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Sebagai gambaran, Krayan baru menikmati listrik tahun 2015. Itu pun 12 jam sehari. Listrik menyala pukul 18.00 dan mati pukul 06.00. Hanya sedikit warga yang mampu membeli generator listrik (genset) untuk kebutuhan sehari-hari. Genset tersedia di pusat pelayanan publik, seperti Puskesmas, kantor kecamatan, dan kantor Forum Masyarakat Adat.

Tahun 2016, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno menjanjikan PLN mengaliri listrik di Krayan. Namun, hal itu belum sesuai harapan. Kendati demikian, Helmi mengapresiasi upaya pemerintah. Tahun 2016, sebuah depo Pertamina dibangun di Long Apih.

Dulu, warga Krayan membeli BBM dari Petronas, Malaysia. Kini, warga bisa memeroleh BBM dari Pertamina di depo tersebut. Stok BBM diperoleh dari Tarakan menggunakan pesawat perintis. Harga BBM pun sudah mengikuti kebijakan satu harga.

Jalan dari Malinau ke Krayan perlu dibangun untuk mengurangi ketergantungan kepada Malaysia. ”Jangan lagi kami merasa menjadi anak tiri di negeri sendiri, dan anak terlarang di negeri orang,” kata Helmi.

KOMPAS/DANU KUSWORO

Suasana perayaan HUT Kemerdekaan RI di Long Bawan, Krayan.

KOMPAS/DANU KUSWORO

Kemeriahan menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI di Long Bawan, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, yang berbatasan dengan Sarawak, Malaysia.

Artikel Lainnya