Pulau Pari adalah salah satu pulau di Kecamatan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Meski terkenal dengan Pantai Bintang dan Pantai Kresek, pesona utama pulau berpenduduk 1.030 jiwa ini terletak di Pantai Pasir Perawan. Warna pasirnya putih dan bersih, di telapak kaki terasa halus lembut.
Berbagai cerita dikabarkan warga setempat terkait latar belakang penamaan Pantai Pasir Perawan. Salah satunya adalah cerita bahwa dahulu kala ada seorang gadis cantik yang jatuh cinta kepada seorang nelayan di Pulau Pari.
Si gadis dan si nelayan menjalani kisah cintanya dengan penuh kebahagiaan. Saat nelayan itu harus pergi melaut, sang gadis dengan berat hati melepas kepergian kekasihnya. Namun, setelah berbulan ditunggu, si pujaan hati tak kunjung datang. Sang gadis setia menanti di pantai hingga akhir ajalnya.
Cerita lain datang dari Said (49), pemilik sampan yang melayani wisatawan di Pantai Pasir Perawan. Menurut dia, dahulu kala ada sebuah keluarga muda yang memiliki seorang putri berusia empat tahun tinggal di Pulau Pari. Suatu ketika, sebelum sang ayah akan bertugas ke darat (Tangerang), ia sengaja mengajak seorang keponakan laki-laki berusia sembilan tahun untuk menemani istri dan anaknya.
Begitu sang ayah pergi bertugas, gadis kecil ini bermain dengan sepupunya di pinggir pantai. Sementara ibunya sedang memasak dalam rumah.
Saat tengah asyik bermain, mendadak si anak balita cantik hilang seperti ditelan bumi. Menurut sepupunya, seekor gagak telah mengambil dan membawa terbang sang putri.
Dengan bantuan penduduk setempat, mereka mencari ke segala penjuru pulau. Bahkan, berbagai orang pintar dikerahkan untuk mencari tahu keberadaan anak perempuan tersebut.
”Hingga saat ini, si putri tidak pernah ditemukan. Beberapa tamu yang punya kemampuan lebih mengatakan, saat mengitari pantai ini mereka melihat gadis cilik cantik di pantai tengah bermain dan tersenyum,” kata Said mengakhiri ceritanya.
Terlepas dari semua cerita rakyat, mantan Ketua RT 004 Kelurahan Pari, Sahuri (59), mengatakan, Pantai Pasir Perawan dinamakan demikian karena kondisi pantai tersebut yang baru dibuka.
Sekitar tiga tahun lalu, ketika Pulau Tidung kebanjiran wisatawan karena ada Jembatan Cinta, Pulau Pari ikut ketiban rezeki.
Saat itu, penduduk Pulau Pari sedang mengalami kelesuan ekonomi setelah rumput laut yang menjadi andalan ekonomi masyarakat tidak lagi memberikan hasil maksimal.
Harapan baik datang ketika beberapa kawan dari Pulau Tidung menawarkan agar tamu mereka boleh menginap di Pulau Pari karena di pulau tetangga itu sudah penuh.
Begitu tamu mulai berdatangan ke sini, warga Pulau Pari membuka pantai tersebut supaya ada tempat tujuan wisata alternatif bagi wisatawan. Belum ada nama resminya saat itu.
”Bingung mau diberi nama apa, akhirnya saya bilang Pantai Pasir Perawan karena saat dibuka, pantai ini benar-benar masih asli dan belum diutak-atik. Ibarat seperti perawan yang belum pernah disentuh. Pasirnya putih bersih dan halus karena selama ini belum pernah dipergunakan untuk tujuan wisata,” ujar Sahuri. (RTS/PIN)