AMMANA GAPPA TIBA DI MADAGASKAR
Antisiranana, Kompas
Kapal layar pinisi “Ammana Gappa” hari Sabtu (5/10) pukul 14.00 waktu setempat (18.00 WIB) tiba dengan selamat di Antisiranana (Diego Soaras) di Madagaskar. Kapal layar tradisional buatan Tanaberu di Sulawesi Selatan ini berhasil mengurangi Samudera Hindia selama 55 hari dan telah menempuh jarak 3600 mil laut dihitung dari keberangkatannya dari Benoa (Bali) tanggal 31 Agustus yang lalu. Di Antisiranana pinisi berawak 10 orang ini disambut Duta Besar Republik Indonesia, beserta rombongan yang telah menunggu sehari sebelumnya.
Wartawan Kompas, Norman Edwin yang mengikuti pelayaran bersejarah ini melaporkan, keberhasilan ini membuktikan bahwa kapal layar tradisional ini memang layak samudera (ocean going). Selama pelayaran ini pinisi Ammana Gappa telah menghadapi keganasan samudera, termasuk diombang-ambingkan badai hebat yang nyaris mengakhiri petualangan ini selama empat hari. “Mulai sekarang, para ahli yang mengatakan pinisi hanya mampu berlayar di perairan tertutup harus memperbaiki kembali pendapatnya,” ujar Michael Carr, pemilik kapal Ammana Gappa dan salah satu pencetus gagasan yang oleh sementara pihak dinilai gila-gilaan dan bermisi bunuh diri itu. Para awak kapal yang semuanya berasal dari suku Konjo di Sulawesi Selatan di bawah pimpinan nakhoda Muhammad Yunus (70) juga telah membuktikan bahwa mereka adalah pelaut-pelaut tangguh yang nenek moyangnya telah mengarungi samudera yang sama 1500 tahun yang lalu dan menemukan Madagaskar.
Gelombang tinggi
Badai dahsyat yang dihadapi Ammana Gappa dimulai tanggal 16 September. Puncak badai terjadi esok harinya. Gelombang setinggi 8 sampai 10 meter, disertai kabut mengepung kapal dan nyaris membalikkannya sebanyak dua kali. Seluruh awak kapal berjuang habis- habisan mengendalikan kapal dan kadang-kadang dihinggapi perasaan pasrah. “Ini memang lautan hebat,” ujar Muhammad Yunus yang mengaku selama karirnya lebih 50 tahun sebagai pelaut profesional baru sekali ini menghadapi keadaan kritis di laut. Dua hari berikutnya badai agak mereda, tetapi seluruh awak kapal masih terus bekerja keras mengendalikan kapal. Tercatat satu kali lagi kapal nyaris terbalik dihajar glombang besar setinggi 10 meter. Badai berakhir tanggal 20 September. Seluruh awak kapal merasa lega dan semakin yakin bahwa kapal pinisi ini memang tangguh dan hanya menunggu waktu saja untuk mencapai Madagaskar.
Pelayaran selanjutnya berjalan baik dengan tiupan angin lumayan dan kapal melaju dengan kecepatan rata-rata 5 knot. Hanya sekali terjadi keadaan agak kritis, yaitu ketika suatu malam layar terhempas ke sisi yang berlawanan yang menyebabkan tiang layar bergetar dan dikhawatirkan mematahkannya. Tetapi setelah berusaha sekitar setengah jam, keadaan kembali tenang dan kapal berlayar.
Tiga hari menjelang tiba di Antsiranana, angin bertiup sangat lemah dan gelombang laut begitu kecil, sehingga kapal lambat sekali berlayar. Tetapi begitu masuk ke Teluk Diego Soarez, angin kembali bertiup kencang dan Ammana Gappa dengan mulus lego jangkar disaksikan sejumlah penduduk dengan tatapan heramadalabuh di Madagaskar.
Sarimanok
Pelayaran serupa pernah dilakukan oleh sebuah kapal tradisional beberapa tahun lalu. Kapal yang diberi nama Sarimanok ini konon mengambil bentuk tradisional Filipina. Kapal ini juga berhasil berlayar sampai ke Madagaskar dari Bali.
Tetapi menurut keterangan beberapa pihak, kapal ini sebetulnya tidak betul-betul mengambil bentuk tradisional dari Filipina, tetapi lebih merupakan perpaduan bentuk tradisional dari berbagai daerah di Filipina dan Indonesia. Begitu juga awak kapalnya, tidak satu pun yang berasal dari Indonesia atau Filipina.
Bagi kapal jenis pinisi, keberhasilan Ammana Gappa ini merupakan yang pertama kali. Kapal pinisi Phinisi Nusantara yang pernah melintasi Samudera Pasifik tahun 1986 tidak betul-betul berbentuk tradisional apalagi dibantu pula secara penuh dengan mesin 150 PK. Satu lagi pinisi yang juga bernama Nusantara pernah juga berlayar ke Darwin (Australia) tahun lalu, tetapi ini juga dibantu dorongan mesin secara penuh. Pelayaran tahun 1980 ke Darwin oleh kapal bernama Hati Marege pernah juga dilakukan, tetapi kapal ini berjenis padewakang dan selama pelayaran dikawal dua kapal mesin.