Kompas/Julian Sihombing

Pinisi Ammana Gappa di Madagaskar

Pahlawan Madagaskar Jangan Pulang Sebagai Orang Teraniaya

·sekitar 2 menit baca

PAHLAWAN MADAGASKAR JANGAN PULANG SEBAGAI ORANG TERANIAYA

Ujungpandang, Kompas

Tokoh masyarakat dan pengusaha terkemuka Sulawesi Selatan, M. Jusuf Kalla (51) mengatakan kepada Kompas Jumat sore (11/10), bahwa apa pun yang terjadi dalam pelayaran perahu pinisi Ammana Gappa, yang pasti misi pelayaran itu telah berhasil mencapai tujuannya, Madagaskar di Afrika Timur.

Ia tidak menginginkan terjadinya hal-hal kecil dan sepele lantas membuyarkan sukses yang telah dicapai. “Kalau awak Phinisi Nusantara tahun 1986 yang pulang dari Vancouver disambut sebagai pahlawan, diterima Kepala Negara segala, maka awak Ammana Gappa jangan pulang sebagai orang teraniaya.”

Menurut Kalla, awak perahu yang ke Madagaskar justru lebih pahlawan dari awak yang ke Vancouver. “Tidak pernah ada riwayat masa lalu bahwa nenek moyang kita pernah mencapai Kanada. Tapi, kalau Madagaskar sejak saya kecil saya sudah sering mendengar kisahnya,” tambahnya.

Tanpa mau mengecilkan misi Phinisi Nusantara, Jusuf Kalla mengimbau agar misi Ammana Gappa diberi nilai lebih. “Coba bandingkan Phinisi Nusantara yang 150 ton dan Ammana Gappa yang 34 ton. Perahu ke Madagaskar begitu tradisional dibanding Phinisi Nusantara yang mengandalkan mesin, dilengkapi dengan peralatan telekomunikasi yang dikelola jaringan International Maritime Satelite (Inmarsat), sehingga dari Phinisi bisa kita menelpon seluruh dunia, atau mengirim faksimile dan pesan-pesan komputer,” komentar Kalla.

“Dihitung dari segi biaya, Ammana Gappa jauh lebih kecil, itu pun oleh mereka sendiri tanpa mengganggu kocek pemerintah,” katanya.

Menurut pengalamannnya, dalam suatu perjalanan grup, pasti selalu ada konflik, sebab setiap manusia malah manusiawi bila berbeda pendapat dan selera. “Ketidaksepakatan yang terjadi antara awak dengan bos-nya, saya kira karena konflik komunikasi dan kesenjangan budaya yang di mana-mana bisa terjadi pada saat dua atau lebih budaya bertemu.”

Kepada media massa diimbaunya agar lebih mendramatisir bagaimana perjuangan dan kekompakan kerjasama mereka berperahu layar lintas samudera, bagaimana mereka mengatasi ombak besar yang menghadang, bagaimana memperbaiki perlatan yang rusak di tengah amukan badai dan sebagainya sehingga persoalan kecil yang terjadi hanya berita pelengkap.

“Coba, siapa yang mau melakukan misi yang dianggap gila-gilaan tersebut. Dan, karena itu saya nilai, misi mereka berhasil dan ini berarti kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Terbukti memang benar pendapat Michael Carr, bahwa nenek moyang kita telah menemukan Benua Afrika 1.000 tahun lebih dini daripada Chirstofel Columbus menemukan Benua Amerika. Sayang penulisan sejarah masa lalu nampaknya menjadi haknya bangsa-bangsa Barat,” papar Jusuf Kalla. (fm)

Artikel Lainnya