KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Aktivitas penambangan pasir di Sungai Serayu, Desa Rawalo, Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (14/5).

Batik Banyumas-Cilacap-Banjarnegara

Berburu Kelapa di Kali Serayu * Selisik Batik

·sekitar 4 menit baca

Kali Serayu pagi itu bagaikan lorong jalan buntu. Kabut tebal yang menyelimuti permukaan sungai menjadi dinding penghalang untuk melepas pandang. Sepagi itu, Serayu hanya hadir dalam suara gemuruh di pintu air Bendung Gerak Serayu di kawasan Banyumas, Jawa Tengah.

Di tengah pekatnya kabut, Syamsul (40) bersama tujuh pria seusianya masing-masing bersiaga di dek pengamatan Bendung Gerak Serayu. Satu orang berjaga di satu dek dari total delapan dek pintu air itu sepanjang malam. Syamsul sudah ada di Bendung Gerak selepas menunaikan shalat Isya. Ia datang dengan bersepeda. Tak sekadar nongkrong hingga pagi hari, ia dan rekan-rekannya rutin bergantian berburu kelapa dan aneka rongsokan yang hanyut oleh derasnya aliran Serayu.

Dengan mengandalkan sebilah bambu yang ujungnya diikat jaring, Syamsul berupaya menangkap kelapa dan rongsokan agar tidak hanyut melewati pintu air Bendung Gerak Serayu. Mata mereka harus awas dan tangan cekatan mengarahkan bilah bambu dan hap… lalu butiran kelapa yang kebanyakan sudah tua berwarna coklat segera terperangkap masuk ke jaring.

Menjaring kelapa dan rongsokan di Bendung Gerak Serayu menjadi pekerjaan selingan warga sekitar Kali Serayu. Pencarian itu biasanya dilakukan tatkala debit air Serayu meningkat. Puncak masa perburuan kelapa dan beragam rongsokan plastik di Bendung Gerak Serayu terjadi saat musim hujan. Di musim itu, warga bergantian berjaga di atas dek Bendung Gerak Serayu sepanjang waktu. Ada yang memilih berburu kelapa pada malam hari, ada pula yang pada siang hari.

Buah kelapa tersebut berasal dari pohon-pohon kelapa di bagian hulu sungai. Karena kenaikan aliran air sungai, banyak pohon kelapa yang terendam dan buahnya hanyut oleh aliran sungai. Buah kelapa yang hanyut ini terutama kelapa yang sudah tua dan menjanjikan santan terbaik.

Berburu kelapa dan rongsokan di Bendung Gerak Serayu sekaligus menjadi pekerjaan cukup menggiurkan. Kelapa yang terjaring dengan kualitas baik dihargai Rp 2.500 sampai Rp 3.000 per buah. Sementara rongsokan plastik bisa laku Rp 2.500 per kilogram. Selama sepekan terakhir Syamsul dan rekan-rekannya bisa membawa pulang uang tak kurang dari Rp 200.000 per hari. Jika perburuan itu dilakukan selama satu bulan penuh, bisa dipastikan pendapatan mereka jauh melebihi Upah Minimum Kabupaten Banyumas, Rp 1.350.000. Menggiurkan sekaligus mengasyikkan!

Ronggeng Serayu

Begitu matahari muncul, tepian Kali Serayu menjanjikan pemandangan surgawi pagi hari. Sinar keemasan matahari terpantul di aliran sungainya. Ditingkahi suara gemercik air, pemandangan makin kaya lewat hadirnya deretan pegunungan dengan Gunung Slamet dan Gunung Perahu sebagai puncak tertinggi. Pegunungan Perahu merupakan hulu Sungai Klawing, Merawu, dan Sapi, yang semuanya berhilir di Serayu yang terbujur dari timur laut hingga barat daya wilayah kebudayaan Banyumasan yang terdiri dari Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, dan Purbalingga. Sementara pada bagian tenggara mengalir Kali Bodho yang menjadi batas antara wilayah kantong budaya Banyumasan dan Kabupaten Kebumen.

Kondisi tanah Banyumasan yang terdiri atas lapisan vulkanis muda dengan sebagian besar wilayah berupa persawahan subur semakin menjanjikan keindahan panorama alam di pagi hari. Begitu kabut tersibak hangatnya sinar mentari, keindahan pagi menyeruak dari tepian Sungai Serayu dengan pemandangan hamparan sawah di kiri dan kanan.

Bagi warga Banyumas, Kali Serayu dengan aliran airnya yang deras berwarna coklat memang tak sekadar indah. Perjuangan hidup manusia di sekitar Serayu bakal selalu menumbuhkan kekaguman. Selain butiran kelapa, Kali Serayu menjadi wahana penambangan pasir. Seiring terbitnya matahari, para petambang pasir mulai hadir dan mengusir keheningan pagi di Serayu.

Setiap hari, di alirannya dengan mudah bisa dijumpai para petambang pasir yang hilir mudik dengan perahu. Pemandangan keriuhan lebih 22 perahu yang beriringan mencari pasir, antara lain, bisa dijumpai di Jembatan Rawalo. Biasanya satu orang juragan pasir bisa memiliki lebih dari lima perahu. Sebagian petambang rela menyelam ke dasar-dasar sungai untuk mengeruk pasir.

Pria-pria bertelanjang dada ini seolah menghilang ketika menyelam beberapa lama sebelum naik ke permukaan sembari membawa pasir. Terik matahari yang mulai meninggi dan membakar tubuh tak dihiraukan. Sambil mengamati gerak-gerik petambang pasir itu pula, kami menyaksikan penari ronggeng atau lengger banyumasan menari di tepian sungai.

Lengger yang aslinya ditarikan oleh seorang pria dengan dandanan perempuan itu kini lebih banyak ditarikan perempuan sehingga lebih pas disebut sebagai tarian ronggeng. Lengger atau ronggeng merupakan tari pemujaan terhadap dewi kesuburan, Dewi Padi. Dilarang ditarikan pada kurun 1965-1970-an, lengger sempat dihidupkan kembali sebelum surut lagi sejak era 1998.

Darto yang sudah menari lengger sejak 1987 sempat merasakan kejayaan lengger dengan permintaan menari lebih dari 10 kali per bulan. ”Mulai tahun 2000 ke sini vakum, jarang ada tanggapan,” kata Darto yang sehari-hari bekerja di warung nasi di Terminal Bus Banyumas dan sesekali merias pengantin.

”Ronggeng itu sebetulnya sudah berabad-abad di tanah Jawa, termasuk di Banyumas. Serat Centhini dan buku History of Java bahkan menjabarkan ilustrasi ronggeng, ritus suci pemujaan terhadap dewi kesuburan. Seiring perubahan zaman, ronggeng jadi kesenian tradisional petani. Sampai sekarang sepenuhnya menjadi pertunjukan yang dibisniskan,” tutur sastrawan sekaligus budayawan Banyumas, Ahmad Tohari.

Menikmati permainan musik calung yang riang gembira sambil menonton ronggeng menambah pesona keindahan tepian Serayu. Aneka tembang, seperti ”Sekar Gadhung”, terdengar meruang ketika dipantulkan oleh tebing-tebing tinggi Serayu. ”Sekar gadhung sekare gadhung, gadhunge semayar-mayar. Nimbang bingung gawe gumbira. Ngelingana budayane kuna banyumasan, bisa gawe bungah….” Suara sinden Tri Warjeni (47) yang ketika muda merupakan penari ronggeng segera memecah kesunyian pagi. (WKM/ROW)

KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN

Tim Selisik Batik Banyumas meliput tari lengger atau ronggeng di tepian Sungai Serayu.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Warga melintas di atas Jembatan Merah Serayu, Banyumas.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Kabut pagi menyelimuti petani yang menggarap sawah di tepi Sungai Serayu, Desa Gambarsari, Kecamatan Kebasen, Banyumas, Jumat (13/5).

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Warga berburu kelapa yang hanyut di Bendung Gerak Serayu, Banyumas.

Artikel Lainnya