Susur Rel 2016

Susur Rel: Tentang Jalur Kereta di Cirebon

·sekitar 3 menit baca

Suasana sepi menggelayut di Pelabuhan Cirebon, Minggu (1/5) pagi. Sesaat terempas ke masa kejayaan kereta api dulu, ketika menjumpai sepotong ruas jalur rel kereta menyembul di jalan aspal dermaga yang berjarak hanya sekitar 6 meter dari laut.

Pada masanya, jalur kereta api di pelabuhan selalu bisa masuk mendekati kapal-kapal di dermaga. Hal ini memudahkan pemindahan angkutan barang dari kereta api ke kapal dan sebaliknya,” kata Aditya Dwi Laksana dari organisasi Kereta Anak Bangsa ketika menyertai Susur Rel Kompas di wilayah Cirebon, Jawa Barat.

Banyak jalur rel di Pelabuhan Cirebon itu sekarang terkubur aspal. Beberapa ruas rel tampak menyembul pada bagian aspal yang lapisannya mulai mengelupas.

”Untuk memotretnya, kita harus mencuri-curi kesempatan. Tadi, di depan, terdapat plang bertuliskan dilarang memotret dan ada beberapa petugas jaga,” tutur Aditya.

Dua stasiun

Jalur rel di Pelabuhan Cirebon terhubung dengan dua stasiun besar di kota itu, yaitu Kejaksan dan Prujakan. Jaringan jalur kereta api ini dibangun pada 1914. Jaraknya sekitar 4 kilometer.

Sebelum itu, Pelabuhan Cirebon sudah memiliki sejarah panjang. Babad Cirebon mengisahkan, pelabuhan di kota itu muncul sejak abad ke-15 dan menjadi salah satu pelabuhan terbesar di Jawa yang banyak dikunjungi kapal pedagang dari India, Arab, dan Tiongkok. Komoditas penting yang diperdagangkan dari Cirebon antara lain udang dan rotan.

Pada masa pemerintah kolonial Hindia Belanda, komoditas yang diperdagangkan lewat Pelabuhan Cirebon ditambah dengan gula, teh, dan kopi. Komoditas-komoditas ini berasal dari Priangan, Jawa Barat.

Kereta api sangat membantu kelancaran perdagangan dan distribusi barang melalui Pelabuhan Cirebon. Tidak diketahui persis kapan jalur kereta ke Pelabuhan Cirebon dimatikan. Namun, pada 1980-an, jalur kereta yang menghubungkan pusat kota dengan pelabuhan sudah mulai dipadati permukiman.

Kondisi tersebut terjadi seiring dengan proses pendangkalan di Pelabuhan Cirebon yang menyurutkan aktivitas pelabuhan. Kini, revitalisasi jalur kereta api menuju pelabuhan mulai didengungkan oleh pemerintah. Akankah kejayaan kereta api akan kembali terjadi?

Semarang ke Cirebon

Riwayat perkeretaapian di Cirebon diawali dari Semarang. Perusahaan swasta Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) yang berkantor pusat di Tegal, Jawa Tengah, pada 1893 mengantongi konsesi selama 99 tahun dari pemerintah Hindia Belanda untuk membuka dan mengoperasikan jalur Semarang-Cirebon.

Ketika itu, tujuan pembangunan jalur rel dari Semarang ke Cirebon adalah memudahkan distribusi gula. Ada 27 pabrik gula di sepanjang jalur tersebut.

Stasiun sederhana dibangun SCS di Cirebon pertama kali pada 1897 atau empat tahun setelah SCS mengantongi izin konsesi. SCS lantas secara resmi membuka jalur Semarang-Tegal-Cirebon sepanjang 245 kilometer pada 1 Februari 1899.

Jalur ini mula-mula digunakan oleh kereta api ringan atau trem berkecepatan rendah. Pada 1914, SCS membangun Stasiun Cirebon SCS baru, yang sekarang disebut sebagai Stasiun Cirebon Prujakan.

Stasiun itu terhubung dengan Stasiun Cirebon SS (Staatsspoorwegen) yang kini dikenal sebagai Stasiun Cirebon Kejaksan. Perusahaan SS membangun Stasiun Cirebon Kejaksan dua tahun sebelum Stasiun Cirebon Prujakan berdiri.

SS, perusahaan milik pemerintah Hindia Belanda, menghubungkan Cirebon dengan Cikampek. Pada saat itu, melalui Cikampek, Batavia terhubung dengan Cirebon. Dengan keberadaan jalur Cirebon-Semarang yang dikelola SCS, berarti ketika itu, Batavia telah tersambung dengan Semarang. Pada 2014, masing-masing dari Stasiun Prujakan dan Kejaksan dibangun jalur menuju ke Pelabuhan Cirebon.

Jatibarang

Perusahaan SS, ketika menghubungkan Cikampek dengan Cirebon, membangun Stasiun Jatibarang. Dari stasiun ini, dibangun percabangan menuju Stasiun Indramayu sepanjang 19 kilometer yang dibuka pada 15 September 1912.

Dibangun pula jalur ke Stasiun Karangampel sepanjang 18 kilometer pada 1 Mei 1926. Jalur ke Karangampel ditutup enam tahun kemudian karena tidak menguntungkan.

Jejak jalur rel ke Stasiun Indramayu masih bisa terlacak. Aditya menunjukkan sisa potongan rel itu di pinggir jalan aspal ketika melintasi Stasiun Jatibarang dalam perjalanan ke Indramayu. ”Sepotong rel yang tersisa ini menjadi bukti sejarah perkeretaapian kita pernah sampai ke Indramayu,” ujarnya.

Di Indramayu, bekas stasiun dapat ditemukan dengan mudah. Stasiun itu dihuni warga keturunan petugas kereta api pada masa lampau. ”Saya terakhir kali naik kereta dari Stasiun Indramayu ke Jatibarang pada 1970-an. Kereta mengangkut hasil laut, seperti kepiting, ebi, dan ikan cuwe,” kata Sikin, warga yang tinggal dan merawat bekas Stasiun Indramayu.

Tak mudah untuk mengulang kejayaan kereta api di bumi Nusantara. Namun, kita tetap menanti terwujudnya upaya pemerintah untuk menghidupkan kembali jalur kereta api di Pelabuhan Cirebon.

Artikel Lainnya