Raja Ampat, siapa yang tidak tahu? Keindahan sepotong surga yang jatuh di perairan Kepala Burung ini benar-benar memanjakan panca indera, mulai dari lanskap keping-keping pulau yang tersebar di tengah lautan biru, danau ubur-ubur di tengah pulau, goa keramat, harmoni warga dan alamnya, hingga ikan yang begitu segar. Raja Ampat adalah anugerah Nusantara.

Oktober lalu, tim Jelajah Terumbu Karang Harian Kompas berkunjung ke Misool, satu dari empat pulau besar di Kabupaten Raja Ampat. Gugusan pulau ini dicapai setelah kurang lebih empat jam berlayar dengan kapal cepat dari pelabuhan kota Sorong. Tidak ada yang bisa menafikan keindahan yang ada di dua alamnya, laut dan darat. Melihat Raja Ampat dari dekat memunculkan nuansa baru dalam mendefinisikan keindahan. Di Misool, keindahan itu ditemukan.

Pukul 09.00

Pulau Jaam

Tidak ada tempat paling baik untuk melihat hiu secara langsung di alam bebas selain di sekitar pulau ini. Di pantai berpasir putih, air jernih yang memperlihatkan dasar laut dan desir angin pantai yang hangat merupakan tempat paling tepat menyaksikan hiu berkumpul.

Cagi, seorang pengawas konservasi, menaburkan potongan ikan segar ke tepi laut. Darah dari ikan lumer di air laut. Tidak berapa lama, seekor hiu berukuran sekitar 1 meter datang mendekat. Pagi itu, hanya satu hiu yang kami temui. Jika lebih beruntung, kata Cagi, bisa melihat lebih dekat beberapa hiu di alam bebas. Tentunya, aktivitas melihat ini harus didampingi pengawas setempat.

Kompas/Heru Sri Kumoro

Pulu Jaam, Misool, Raja Ampat, Papua Barat, Rabu (11/10). Pada masa lalu, pulau itu dipergunakan sejumlah pemburu hiu untuk berteduh dan membagi hasil selama musim berburu.

Pukul 12.00

Menyelami keindahan

Berkunjung ke Raja Ampat tanpa menyelam bagaikan dangdut tanpa joget atau sayur tanpa garam. Tidak akan lengkap. Tidak perlu jauh-jauh, area sekitar Pulau Jaam adalah salah satu lokasi yang cukup sering didatangi pengunjung untuk menyelam.

Kondisi terumbu karang di perairan Jaam cukup baik meskipun terdapat sebagian yang rusak. Cagi menyebutkan, kondisi ini tak lepas dari banyaknya aktivitas penangkapan ikan dengan cara merusak di masa lalu.

Di Misool terdapat lokasi penyelaman Magic Mountain dan Forondi Cave yang menjadi favorit. Di Magic Mountain, seperti namanya, merupakan lokasi ajaib jika menyelam pada musim dan saat yang tepat. Di tempat ini, rombongan ikan pari manta, schooling barakuda, hiu karang, dan penyu yang melimpah siap menyambut penikmat bawah laut.

Kompas/Heru Sri Kumoro

Kondisi bawah air di titik selam Pulau Jaam di kawasan Misool, Raja Ampat, Papua Barat, Rabu (11/10). Jejak kerusakan karang akibat bom penangkap ikan masih tampak. Saat ini, terumbu karang mulai tumbuh kembali.

Pukul 14.00

Puncak Dapunlol

Melihat gugusan batuan, pulau-pulau kecil, laguna beragam bentuk, atau gradasi air laut yang menawan adalah puncak keindahan setelah melihat keragaman bawah laut itu sendiri. Tempat terbaik untuk melihat itu semua, salah satunya, adalah dari Puncak Dapunlol.

Di Misool, ada beberapa puncak bukit dari pulau-pulau yang cukup besar dengan sajian keindahan yang hampir sama. Kami memilih Puncak Dapunlol semata karena kondisi perairan yang cukup dalam untuk didatangi kapal cepat berkapasitas belasan orang.

Ketika tiba di puncaknya, niscaya Anda pasti akan berteriak kegirangan seperti bocah.

Dari bawah diperlukan waktu sekitar 20 menit mendaki menuju ke puncak. Jalur yang berbatu dan dalam pengerjaan oleh pengelola setempat membuat adrenalin terpompa. Napas memburu karena jalur yang terjal dan cukup tinggi.

Namun, ketika tiba di puncaknya, niscaya Anda pasti akan berteriak kegirangan seperti bocah. Setelahnya, Anda akan terdiam karena keindahan alam yang tersaji di depan mata merasuk ke sanubari. Duduk di batu karang, berfoto sesekali, menikmati desau angin, sambil menikmati pemandangan. Dari Puncak Dapunlol, definisi keindahan paripurna menemui bentuknya.

Kompas/Heru Sri Kumoro

Gugusan bukit karst dilihat dari Puncak Dapunlol, Distrik Missol Timur, Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (12/10).

Jika masih punya sedikit waktu, tinggal selangkah berputar di balik bukit, pemandu lokal bisa membawa kita ke gugusan bukit Christmas Tree atau Pohon Natal. Dinamakan demikian karena bukit-bukit yang berdekatan itu memiliki bentuk mengerucut dan berwarna hijau seperti pohon natal yang belum dihias.

Pukul 09.00

Danau ubur-ubur

Bayangkan Anda menemukan pulau kecil yang rimbun dan berbatu karang. Ketika masuk ke pulau, sebuah danau berair hijau menyambut. Bayangkan lagi danau tersebut penuh ubur-ubur yang jinak. Jika ke Misool, danau ubur-ubur itu ada di depan mata. Hanya sedikit tempat di dunia yang memiliki danau seperti ini.

Danau ubur-ubur, berdasarkan catatan Lisa Becking, peneliti dari Wageningen University & Research Belanda yang fokus meneliti hal ini, terbentuk dari proses naiknya permukaan air laut. Ubur-ubur adalah hewan yang terisolasi di cekungan danau baru tersebut lalu beradaptasi. Karena sifatnya yang spesial, wisatawan perlu mengetahui secara jelas agar ekosistem di danau tidak terganggu.

Kompas/Harry Susilo

Ubur-ubur tak menyengat di Tomulol, Misool, Raja Ampat, Jumat (13/10), berenang-renang di danau laut. Terdapat 50 lebih danau laut serupa di Raja Ampat, tetapi tidak semuanya dihuni ubur-ubur seperti ini.

Sayangnya, danau ubur-ubur menjadi lokasi yang sangat rawan akibat kunjungan wisata. Saat kami datang, puluhan wisatawan yang diantar pemandu lokal berenang di danau. Sebagian besar menggunakan kaki katak yang berpotensi membuat ubur-ubur mati. Belum terhitung mereka yang memakai tabir surya lalu masuk ke dalam air yang berpengaruh terhadap kondisi air. Menjadi wisatawan yang intelek dan berwawasan lingkungan memang tidak mudah.

Menjadi wisatawan yang intelek dan berwawasan lingkungan memang tidak mudah.

Pukul 10.30

Goa Keramat

Sebuah goa serupa mulut menganga lebar disebut Goa Keramat oleh warga lokal. Tinggi pintu goa puluhan meter dengan stalaktit yang menggantung di sana-sini. Pohon-pohon tinggi di mulut goa bahkan tidak mampu mencapai ketinggian batas atas goa ini.

Di ”teras” goa, terdapat dua makam yang dipercaya masyarakat lokal sebagai makam pembawa agama Islam ke Misool. Tidak jarang warga datang untuk berziarah ke makam ini. Wisatawan juga menjadikan lokasi ini sebagai obyek yang harus didatangi ketika ke Misool. Perairan di depan goa yang tersambung dengan laut menjadi lokasi yang segar untuk berenang.

Pukul 13.00

Budidaya mutiara

Sekitar setengah jam dengan kapal cepat, kami mengarah ke sebuah perusahaan mutiara. PT Yellu Mutiara namanya. Di perusahaan yang berdiri sejak 1994 ini, kami bertemu dengan Taufik Wijaya, orang yang mengelola budidaya mutiara di tempat tersebut. Proses budidaya mutiara mulai dari awal sampai akhir bisa dilihat di tempat ini, mulai dari penyisipan nukleus hingga pengangkatan mutiara.

Jika cukup beruntung, pengelola akan mengajak Anda mencoba olahan kerang rica-rica yang segar. Dua orang teman ketiban rezeki bisa mencobanya. Selain beruntung, mungkin tampang mereka terlihat cukup kelaparan waktu itu hingga membuat pengelola merasa perlu menjamunya.

Perusahaan ini juga menjadi saksi bagaimana kawasan Misool yang dulunya rusak berangsur pulih. Aksi penangkapan ikan dengan bom, potasium, dan lainnya telah merusak karang. Namun, seiring waktu, kondisi bawah laut berangsur pulih dalam waktu yang cukup cepat. Akhirnya, alam memberikan banyak kepada manusia.

Kompas/Heru Sri Kumoro

Pekerja mengeluarkan mutiara dari perut kerang di tempat budidaya PT Yellu Mutiara, di Misool, Raja Ampat, Jumat (13/10). Kondisi laut yang terjaga, seperti air yang tidak terkontaminasi potasium ataupun tercemar residu bom ikan, membuat perairan ini bagus untuk budidaya kerang mutiara.

(SAIFUL RIJAL YUNUS/HARRY SUSILO/INGKI RINALDI/ICHWAN SUSANTO)