KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri berlatih membuat pijakan kaki pada lapisan es di Gletser Kashkatash, Elbrus, Rusia selatan, Rabu (11/8).

Pendakian Gunung Elbrus di Rusia

Ekspedisi Elbrus: Menguji Diri di Gletser Kashkatash

·sekitar 3 menit baca

Keterampilan dan peralatan khusus mutlak diperlukan dalam pendakian gunung es Elbrus (5.642 meter) di Rusia selatan. Peralatan bisa dibeli atau disewa. Keterampilan mendaki sambil menggunakan peralatan harus dilatih.

Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri berniat menggapai Elbrus, puncak Eropa yang diselimuti salju, pada 17 Agustus.

Untuk itu, sebelum pendakian, tim melatih keterampilan pendakian gunung es di Gletser Kashkatash, dekat Elbrus, Rabu (11/8) siang.

Berhasil tidaknya latihan di gletser itu akan menentukan keberhasilan pendakian di Elbrus nantinya.

Kashkatash amat dikenal di kalangan pendaki Elbrus. Di sanalah pendaki melatih diri berjalan di lapisan es hingga mendaki tebing es. Jarak gletser itu sekitar 10 kilometer dari hotel tempat tim menginap di Desa Elbrus, Terskol, wilayah otonom Karachay-Balkar, Rusia selatan.

Kashkatash ditempuh sekitar satu hingga dua jam pendakian dari suatu pemondokan (hut) yang berupa tangki-tangki (barrel) berjejer di lembahnya.

Anggota tim pendaki Gina Afriani mencatat, pemondokan itu berada pada ketinggian 2.200 meter, sedangkan salah satu titik tempat latihan di Kashkatash berketinggian 2.600 meter.

Rute pendakian menuju Kashkatash berupa jalan setapak yang terjal, curam, berbatu, serta kiri dan kanan jurang dalam. Pendakian itu amat meletihkan dan menguras energi.

Kami memakai bot ganda untuk medan es-dan bisa juga meski tidak disarankan-dipakai di medan berbatu. Sepatu itu berbobot lebih dari 2 kilogram. Apalagi kami masih harus memanggul perlengkapan, bekal dan peralatan dalam tas, serta menenteng tongkat ski.

Saya tidak terbiasa berjalan memakai sepatu besar dan berat. Apalagi menjelang Kashkatash, medannya berupa tumpukan batu besar, tajam, dan rentan longsor.

Saya sempat terjatuh dan nyaris membentur batu sebesar jip. Untunglah tongkat ski menyelamatkan nyawa saya dengan menahan beban tubuh, meskipun patah satu, sehingga badan tidak membentur batu.

Pemandu pendakian kami adalah Sergei dan Daniel dari Alpindustria, perusahaan jasa pendakian dan kegiatan alam terbuka di Rusia.

Sekitar pukul 12.30 waktu setempat tim tiba di Kashkatash.

Sergei mengatakan, pelajaran pertama adalah belajar berjalan di es memakai krampon atau alas bot ganda berupa cakar-cakar tajam dari baja untuk pencengkeram lapisan es.

Pelajaran kedua adalah berjalan dengan bantuan kapak es. Kapak itu bisa difungsikan sebagai tongkat, bahkan pembongkar lapisan es, untuk membuat pijakan kaki hingga pengait. Satu sisi kapak itu tajam dan bergerigi, sedangkan sisi lainnya berbentuk sekop.

Pelajaran ketiga adalah membuat pijakan kaki dengan bantuan kapak es.

Dalam perjalanan turun itu, saya berkali-kali terpeleset dan jatuh meskipun tidak sampai cedera, apalagi terluka.

Sergei mengatakan, pelajaran berikutnya berlangsung Kamis dan Jumat ini. Setelah itu, tim akan mendaki menuju puncak Elbrus (gunung keabadian dan kebahagiaan).

Elbrus adalah puncak ketiga dari tujuh puncak dunia yang hendak dicapai tim. Dua puncak telah berhasil digapai, yakni Ndugu-Ndugu atau Carstensz Pyramid (4.884 meter) di Indonesia pada 18 April dan Kilimanjaro atau Uhuru (5.895 meter) di Tanzania pada 1 Agustus.

Dari Kashkatash, puncak kembar Elbrus sore itu tidak tertutup kabut seperti hari sebelumnya. Sepertinya puncak itu memanggil kami untuk segera mendaki.

Dalam hati, keinginan cuma satu, mendaki hingga ke puncak Eropa, mengibarkan Merah Putih di sana, dan kembali ke Indonesia dengan selamat.

Inilah harapan dan mimpi yang kami bawa dalam tidur menyongsong latihan berikutnya.

Artikel Lainnya