PT PLN membeli daya listrik dari Sarawak Energy Berhad untuk melayani kebutuhan listrik di perbatasan Kalbar-Serawak. Penyaluran listrik untuk Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, dilakukan sejak 23 Januari.
Adapun listrik untuk Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, akan dilakukan Maret mendatang.
“Pembelian listrik dari Malaysia merupakan yang pertama di Indonesia. Rencananya Direktur Utama PT PLN akan datang ke Sajingan Besar pada 26 Februari untuk meresmikan,” kata Humas PT PLN Wilayah Kalbar Adrianus Alep, Jumat (20/2).
Secara terpisah, Senior Engineer Kelistrikan PT PLN Wilayah Kalbar Delyuzar menyatakan, kontrak pembelian daya listrik dari Malaysia meliputi 200 kVA untuk memenuhi kebutuhan di Aruk, Sajingan, dan 400 kVA untuk memenuhi kebutuhan di Badau.
“Daya listrik dari Malaysia dibeli seharga 30,2 sen ringgit Malaysia (Rp 936) per kWh. PLN menjual kepada masyarakat Rp 500 per kWh,” kata Delyuzar.
Di kedua wilayah perbatasan itu, PLN baru bisa memenuhi kebutuhan listrik selama 12 jam. Dengan membeli listrik dari Malaysia, listrik di wilayah itu akan mengalir 24 jam nonstop.
Biaya besar
Pembelian daya listrik dari Malaysia ini dapat menekan kerugian yang diderita PLN untuk mengoperasikan PLTD di wilayah itu. Delyuzar memerinci, biaya bahan bakar minyak untuk mengoperasikan PLTD di Sajingan Besar Rp 2.029 per kWh. Di Badau, biaya BBM untuk PLTD Rp 1.936 per kWh.
Pendapatan PLN dari 380 pelanggan di Sajingan Besar hanya Rp 7,5 juta per bulan. Padahal, biaya membangkitkan daya listrik 20.000 kWh mencapai Rp 40 juta per bulan. Dengan membeli daya listrik dari Malaysia, PLN hanya mengeluarkan biaya Rp 18 juta per bulan.
Di Badau, dari 676 pelanggan, PLN hanya mendapat Rp 40 juta per bulan. Biaya membangkitkan daya listrik 60.000 kWh sebesar Rp 116 juta per bulan. Jika membeli daya listrik dari Malaysia, PLN hanya mengeluarkan biaya Rp 56 juta per bulan.
Pantauan Tim Jelajah Kalimantan di Sajingan Besar, listrik dari Malaysia sudah tersalur melalui gardu listrik yang dibangun kedua negara di perbatasan itu. Listrik sudah menerangi bangunan yang akan digunakan sebagai Pos Pemeriksaan Lintas Batas Aruk di Sambas serta 376 rumah penduduk Desa Kaliau.
Bupati Sambas Burhanuddin A Rasyid mengatakan, pasokan listrik dari Malaysia sangat berarti bagi warga perbatasan yang selama ini kurang tersentuh infrastruktur yang layak, termasuk penyediaan listrik.
Meski listrik bagi warga perbatasan sudah bisa dipasok dari Malaysia, Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya berharap hal ini bukan untuk jangka panjang.
Jika skema pembangunan energi listrik tahun 2010 terwujud dan kebutuhan listrik sudah bisa dipenuhi sendiri oleh PLN, pemenuhan kebutuhan listrik untuk masyarakat perbatasan tidak perlu tergantung dari luar negeri.(WHY/FUL/RYO/AIK)