Lokasi Republik Seychelles di Samudera Hindia

Pelayaran Kapal Borobudur

Kapal Borobudur Tiba di Kepulauan Seychelles

·sekitar 2 menit baca

KAPAL BOROBUDUR TIBA DI KEPULAUAN SEYCHELLES

Jakarta, Kompas

Setelah menempuh pelayaran selama 28 hari menyeberangi Samudra Hindia, Kapal Borobudur “Samudraraksa” berhasil menyelesaikan tahap pertama perjalanan ekspedisinya menyusuri Jalur Kayu Manis (The Cinnamon Route). Kapal Borobudur tiba di Pelabuhan Victoria di Pulau Mahe, gugusan Kepulauan Seychelles, Jumat (12/9) pagi waktu setempat atau Jumat siang WIB.

Keterangan yang diperoleh dari situs resmi Ekspedisi Kapal Borobudur: Indonesia to Africa 2003 di www.theborobudurshipexpedition.com menyebutkan, sejak dilepas keberangkatannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dari Pantai Marina Ancol, Jakarta, 15 Agustus lalu, replika kapal tradisional abad ke-9 yang dibuat berdasarkan relief di Candi Borobudur itu telah menempuh perjalanan sejauh 3.265 mil laut (5.877 kilometer), melintasi Samudra Hindia.

Hingga Jumat pukul 23.00 WIB atau 16.00 GMT, kapal sudah merapat di Pelabuhan Victoria dan para krunya berkesempatan menginjak daratan kembali setelah hampir satu bulan terapung-apung di tengah samudra. Berdasarkan laporan rutin para kru kapal, tidak ditemui masalah serius selama perjalanan dari Jakarta hingga ke Seychelles.

Masalah terberat yang dialami awak kapal adalah menghadapi kondisi mati angin dan cuaca buruk selama hampir empat hari pada akhir Agustus lalu, saat kapal berada pada posisi di tengah-tengah samudra. Sepanjang perjalanan, Kapal Borobudur yang hanya digerakkan oleh layar itu berjalan dengan kecepatan rata-rata sekitar 6-7 knot.

Akan tetapi, dalam kondisi mati angin-terburuk pada 30 Agustus lalu-kapal hanya berjalan dengan kecepatan rata-rata 2 knot dan hanya mampu menempuh jarak sejauh 31 mil laut (55,8 km) dalam waktu 24 jam. Pengalaman Kompas ketika menaiki Kapal Borobudur dalam perjalanan dari Surabaya ke Semarang, akhir Juli lalu, pada kecepatan 2 knot (sekitar 3,6 km/jam) kapal tidak terasa bergerak sedikit pun. Dalam kondisi seperti itu, mental dan kesabaran para awaknya benar-benar diuji, apalagi dalam keadaan cuaca buruk.

Dalam perjalanan tahap pertama dari empat tahapan ekspedisi tersebut, Kapal Borobudur diawaki oleh 17 orang (tiga di antaranya perempuan) yang dipimpin oleh Kapten Kapal Kapten (L) I Gusti Ngurah Putu Sedana dan Pemimpin Ekspedisi Philip Beale. Mereka adalah delapan warga negara Indonesia dan sembilan warga negara asing yang berasal dari Inggris, Australia, Swedia, dan Selandia Baru.

Dua awak kapal yang berasal dari Indonesia adalah perempuan, yaitu Niken Maharani (26) dari Bogor (Jawa Barat) dan Shierlyana Junita Chandrady (21) dari DKI Jakarta. Di Seychelles, beberapa awak kapal, termasuk Niken dan Shierlyana, akan turun dan pulang ke negara masing-masing. Mereka kemudian digantikan oleh para awak kapal baru yang sudah menunggu di sana untuk meneruskan tahapan perjalanan selanjutnya.

Kapal Borobudur akan berlabuh di Seychelles selama dua minggu untuk menambah perlengkapan dan mereparasi beberapa kerusakan kecil yang terjadi pada kapal. Selanjutnya, mereka akan menempuh tahapan berikutnya menuju Madagaskar. Kapal yang hampir seluruhnya dibuat dan berlayar menggunakan teknologi tahun 800-an itu direncanakan menapaktilasi jalur perdagangan kayu manis yang dulu dilakukan oleh para nenek moyang bangsa Indonesia. Tujuan akhir yang hendak mereka capai adalah Ghana di pesisir barat Afrika. (DHF)

Artikel Lainnya