Kompas/Danu Kusworo

Kepala Tangga menjadi daerah pilihan tim untuk bermalam, sebelum melanjutkan perjalanan yang terberat, menuruni diinding Muller yang mempunyai kemiringan 90 derajat.

Ekspedisi Lintas Barito-Muller-Mahakam 2

Foto Pekan Ini: Susur Sungai, Jelajah Belantara, Mengungkap Tradisi Terlupakan

·sekitar 2 menit baca

Foto Pekan Ini

Ekspedisi Barito-Muller- Mahakam 2005

SUSUR SUNGAI, JELAJAH BELANTARA, MENGUNGKAP TRADISI TERLUPAKAN

Siang dan malam Tim Ekspedisi Barito-Muller-Mahakam menyusuri Sungai Barito dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, hingga ke hulu sungai di Kalimantan Tengah dengan mengarungi puluhan riam ganas. Lepas dari hulu Sungai Barito, perjalanan dilanjutkan dengan trekking melintasi Pegunungan Muller yang hutannya masih perawan.

Puncak Batu Ayau yang memiliki dinding terjal merupakan tantangan terberat yang harus dilewati anggota tim ekspedisi yang terdiri dari harian Kompas yang disertai peneliti dari Universitas Mulawarman Samarinda, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis Banjarmasin, dan didukung Kelompok Pencinta Alam Meratus Hijau. Dinding Muller ini memiliki kemiringan hingga 90 derajat dan disambung oleh tebing-tebing curam yang dipenuhi berbagai jenis lintah yang siap mengisap darah pelintas.

Lolos dari Dinding Muller, tim ekspedisi harus mengarungi kembali riam-riam Sungai Sebunut yang sambung-menyambung. Sungai yang dangkal ini hanya bisa dilewati oleh perahu kecil bermesin tempel atau ces yang khusus didesain untuk menaklukkan riam-riam ganas di Kalimantan Timur.

Tim ekspedisi dengan bantuan para peneliti dari kelompok kehutanan berhasil mengidentifikasi lebih dari 110 jenis burung, hewan primata, dan mamalia besar. Adapun tim peneliti antropologi berhasil mengungkap jejak penyebaran Dayak Bakumpai serta berhasil menelusuri teka-teki mengenai identitas dan etnisitas Dayak Punan serta Dayak Aoheng. Tim juga berhasil mendokumentasi berbagai peristiwa adat khas pedalaman, mulai dari penyembuhan ala basie atau dukun kampung hingga upacara adat kematian yang kini mulai langka. (Danu Kusworo)

Foto-foto: Kompas/Danu Kusworo

Menyusuri sungai menjadi makanan sehari-hari tim ekspedisi. Sebuah perahu yang rusak terpaksa digandeng dua perahu lain, menuju perkampungan terdekat.

Dinding Muller yang mempunyai kemiringan hampir 90 derajat menjadi perbatasan provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Upacara perpisahan oleh penduduk desa Tumbang Topus, desa terakhir di Hulu Sungai Barito, menjadi penutup tim ekspedisi di Kalimantan Tengah.

Mata air yang terdapat di sepanjang perjalanan menjadi sumber air minum tim ekspedisi.

Artikel Lainnya