Kompas/Prasetyo Eko Prihananto

Tim Ekspedisi Perintis Lintas Sungai Barito-Pegunungan Muller-Sungai Mahakam menuruni ratusan meter dinding Pegunungan Muller dengan kemiringan hingga 90 derajat. Perjalanan menuruni dinding ini memakan waktu satu hari dari total seluruh waktu 10 hari.

Ekspedisi Lintas Barito-Muller-Mahakam 1

10 Hari Menyabung Nyawa Menembus Hutan Belantara

·sekitar 3 menit baca

Tim Perintis Ekspedisi Lintas Barito-Muller-Mahakam

10 HARI MENYABUNG NYAWA MENEMBUS HUTAN BELANTARA

Long Bagun, Kompas

Dengan peralatan seadanya, Tim Perintis Ekspedisi Lintas Sungai Barito-Pegunungan Muller-Sungai Mahakam selama 10 hari berhasil menembus belantara Hulu Sungai Barito dan Hulu Sungai Mahakam dengan melintasi hutan Pegunungan Muller yang dikenal angker dan rawan perampokan. Anggota tim harus menyabung nyawa untuk melewati ratusan riam ganas serta pendakian tebing yang berbahaya.

Ekspedisi yang dimulai 24 Mei hingga 2 Juni kali ini menyusuri Sungai Barito mulai dari Muara Teweh Barito Utara Kalimantan Tengah menuju Puruk Cahu Murung Raya di Kalteng dengan lama perjalanan dua hari. Dari Puruk Cahu menggunakan jalan darat menuju Tumbang Keramu Murung Raya selama satu hari penuh.

Kompas bersama Kelompok Pencinta Alam (KPA) Meratus Hijau Kalimantan Selatan selanjutnya selama dua hari satu malam berjuang melewati riam-riam ganas Sungai Murung yang menjadi hulu Sungai Barito menuju Desa Tumbang Topus, Kecamatan Sumber Barito, Kabupaten Murung Raya.

Perjalanan dilanjutkan dengan trekking mendaki Pegunungan Muller selama dua hari dua malam untuk mencapai puncak Batu Ayau, dan selanjutnya turun menuju Sungai Sebunut, anak Sungai Mahakam, Kaltim.

Dua hari dua malam merupakan bagian perjalanan tim terberat karena harus mendaki dan menuruni lereng Pegunungan Muller yang memiliki kemiringan hingga 90 derajat. Hujan dua hari sebelumnya membuat perjalanan semakin berat di tengah ketidakpastian tujuan akibat jalur tersebut jarang dilewati penduduk.

Tanpa tali pengaman

Ketegangan memuncak ketika Tim Ekspedisi Kompas yang disertai Pencinta Alam Meratus Hijau Kalimantan Selatan tanpa tali pengaman terpaksa menuruni dinding Muller. Dinding Muller menjadi benteng raksasa yang membagi kawasan ekologi Kalteng dengan Kaltim. Benteng tersebut membuat karakter ekologi dan sosial budaya masyarakat di dua kawasan tersebut berbeda satu sama lain.

Untuk menuruni dinding licin dan rawan tersebut tim hanya sempat membuat dua tangga kayu darurat yang diikat hanya menggunakan tali rafia. Selanjutnya, dinding Muller yang tingginya ratusan meter tersebut terpaksa dituruni dengan bergelayutan akar selama satu hari penuh. Beberapa anggota tim sempat terpeleset dan nyaris terjatuh ke jurang dengan kedalaman ratusan meter.

Setelah satu hari berjuang, tim akhirnya berhasil mencapai Kaltim di tepi Sungai Sebunut yang dikenal sebagai Penyinggahan Penyungkat. Di tempat ini tim sempat terdampar satu malam karena tidak ada kepastian soal angkutan ces (perahu bermotor) menuju Long Bagun, Kutai Barat, Kaltim.

Tidak ada sarana komunikasi yang dibawa tim. Di tengah ketidakpastian tersebut tim terpaksa membuat pesan di dalam botol untuk memberi tahu keberadaan tim kepada warga di hulu sungai. Keesokan harinya warga Topus yang mengawal tim akhirnya mendapatkan perahu ces dari para peladang di bagian hilir Sungai Sebunut.

Melintasi Sungai Sebunut di saat air meluap ternyata sangat berbahaya karena banyaknya riam ganas. Namun, akhirnya tim berhasil mencapai daerah Long Bagun di tepi Sungai Mahakam. Perjalanan lalu diarahkan ke Tering Kutai Barat.

Dengan menggunakan perahu ces milik warga Long Bagun, tim dari sore hari hingga malam hari nekat melintasi Sungai Mahakam. Tantangan terberat melintasi sungai di malam hari adalah banyaknya kayu-kayu balok di Sungai Mahakam yang bisa memecah atau menggulingkan kapal. Perahu ces beberapa kali menabrak kayu bahkan juga menabrak gosong pasir karena alur sungai nyaris tidak terlihat.

Menjelang tengah malam tim akhirnya berhasil mencapai Desa Tering, Kabupaten Kutai Barat. Keesokan harinya, atau tepatnya 10 hari sejak pertama kali berangkat tim berhasil menembus jalan darat Tering- Samarinda yang rusak parah. (Amir Sodikin/Prasetyo)

Image: Peta Kalimantan

 

 

Artikel Lainnya