KOMPAS/AGUS SUSANTO

Perkotaan

Teh Tak Pernah Berhenti Berinovasi

Editor Mohammad Hilmi Faiq
·sekitar 5 menit baca

 

 

 

Teh sebagai minuman rakyat Indonesia, memerlukan adopsi generasi mendatang dengan cara konsumsi yang berbeda. Kultur baru yang relevan dengan generasi jaman “now” menjadi hal yang penting dikembangkan ke depan.

Tak bisa dimungkiri, generasi yang disebut milenial kini memegang kunci keberlangsungan perkebunan teh Indonesia. Jika milenial tidak mau minum teh lagi, maka gunung-gunung akan gundul dan gersang akibat petani enggan menanam teh lagi. Keprihatinan ini diungkapkan Iriana Ekasari, pegiat teh sekaligus founder Sila Tea House yang juga anggota Dewan Teh Indonesia.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Peserta kontes Tea Master yang digelar di JIExpo, Jakarta, Kamis (25/7/2019), meracik teh dengan kreasi yang beragam.

Kelompok penduduk milenial diproyeksi menjadi generasi yang paling lama masa konsumsinya. Secara statistik, anak muda ini juga mencatat angka populasi lebih banyak. Komposisi penduduk menurut generasi tahun 2017 menunjukkan, sepertiga jumlah penduduk adalah generasi milenial yang berusia 19-39 tahun.

 

Budaya Ngeteh

Meski memiliki sejarah panjang bagian dari heritage industri teh dunia, Indonesia belum menyepakati wajah budaya minum teh khas Indonesia. Contoh budaya ini, misalnya, tradisi Afternoon Tea di Inggris. Tradisi minum teh setiap pukul 16.00 yang dikembangkan oleh Anna Russel, Duchess of Bedford, ini merupakan Seni minum teh yang disajikan dengan makanan kecil di sore hari.

Tradisi lain menjadikan teh sebagai bagian dari upacara Chado dan Chanoyu. Tradisi ini bagian dari ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu dengan tata cara tertentu. Teh bukan sekadar teh yang dituangi air panas, disajikan, lalu diminum. Upacara minum teh ini mengandung unsur seni hidup yang luas, sarat makna, dan mengandung filosofi.

Sejauh ini, Indonesia belum memiliki budaya ngeteh sebagai tradisi bersama masyarakat. Aneka cara minum teh yang ada berkembang di masing-masing daerah. Keraton Yogyakarta dikenal dengan tradisi minum teh bernama Patehan.

Namun demikian, tradisi minum teh di Indonesia tak hanya menjadi milik para bangsawan di Yogyakarta. Masyarakat Tegal, Jawa Tengah, dikenal dengan tradisi minum teh dalam poci yang ditambahkan gula batu sebagai tradisi turun-menurun. Ada lagi Teh Talua, budaya menyeduh teh yang unik di Padang, Sumatera Barat, yaitu teh diseduh dengan ditambahkan telur mentah. Hingga kini, teh sudah banyak hadir di ruang-ruang publik.

 

 

Teh kekinian

Dalam perkembangannya, teh dipercaya baik untuk kesehatan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya teh bagi kesehatan ini turut mendongkrak pamor minuman berbahan dasar pucuk daun terbaik itu. Jika menikmati teh sudah menjadi budaya, lambat laun berkembang menjadi gaya hidup. Gaya hidup sehat dengan meminum teh telah memunculkan generasi baru pencinta teh, dari kalangan menengah atas hingga anak-anak muda.

Tumbuhnya gaya hidup sehat mendorong diversifikasi produk teh menjadi kian beragam dan menarik. Diharapkan hal ini membuat permintaan dan konsumsi teh terus meningkat. Termasuk didalamnya adalah konsumen generasi milenial.

Tertariknya konsumen generasi milenial antara lain karena minuman teh dapat disajikan dalam aneka inovasi suguhan atau pun jenis minuman kekinian. Misalnya dengan menambah atau mencampurkan teh dengan berbagai rasa dan aroma seperti buah, bunga, rempah-rempah, atau susu yang disebut Artisan Tea.

Perpaduan teh dengan jeruk, strawberry, sereh, kencur, melati, bunga mawar, bunga telang, dan masih banyak lagi yang lain bisa menciptakan kesegaran rasa teh yang baru. Hal ini terlihat dalam hasil Jajak Pendapat Kompas dimana generasi milenial lebih suka teh yang dicampur dengan bahan lain dibanding generasi X dan baby boomers. Dua dari lima generasi milenial berpendapat demikian.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Peserta kontes Tea Master yang digelar di JIExpo, Jakarta, Kamis (25/7/2019), meracik teh dengan kreasi yang beragam.

Generasi milenial lebih siap mencoba produk baru plus dibumbui sensasi tertentu. Anak muda butuh menikmati teh dengan cara kekinian dengan berbagai variasi dalam penyajian maupun rasa. Banyak ragam teh bisa menghasilkan rasa yang unik. Untuk itulah, inovasi menjadi kunci.

Dalam sebuah jajak pendapat yang diselenggarakan Kompas, sekitar sepertiga responden juga sepakat bahwa menambahkan macam-macam rasa merupakan inovasi yang dibutuhkan agar teh lebih diminati. Selain kemasannya yang dibuat menarik dan disajikan lebih modern.

 

Masa depan

Inovasi teh tidak akan pernah berhenti seiring dengan berkembangnya teh sebagai gaya hidup. Kedai teh yang menyajikan berbagai racikan teh dengan konsep modern banyak bermunculan di kota-kota besar. Selain menyuguhkan kombinasi minuman teh yang unik dan enak, penyajiannya pun lebih modern dengan menggunakan gelas-gelas tinggi sehingga mirip cocktail drink di bar maupun resto-resto mewah.

Penyajian teh yang menjadi instagrammable ini banyak disukai anak-anak muda, sekaligus memperkuat daya Tarik teh di kalangan muda. Tumbuhnya banyak kedai-kedai khusus teh di Indonesia ini menunjukkan, teh telah menjadi bagian penting dari gaya hidup kaum urban.

Teh juga kian dikenal di kalangan muda lewat berbagai event. Salah satunya adalah penyelenggaraan Tea Masters Cup yaitu kompetisi seduh teh berskala internasional. Saat ini, ada lebih dari 20 negara yang masuk ke dalam kompetisi Tea Masters Cup, salah satunya Indonesia. Tahun lalu menjadi awal Indonesia mengikuti kompetisi tersebut.

Dalam ajang Tea Masters Cup, dilombakan beberapa jenis kompetisi. Pertama adalah tea preparation, lomba menyeduh dan menyajikan teh murni. Berikutnya adalah tea pairing dimana kontestan akan berlomba untuk memadukan teh dengan pengalaman gastronomi yaitu memadukan teh dengan makanan atau camilan yang membuat sensasi minum teh menjadi lebih seru.

Kompas/Mohammad Hilmi Faiq

Pendiri Indonesia Tea Institute Ratna Somantri mempraktikkan penyeduhan teh dicampur dengan beragam bahan lain seperti markisa dan pandan.

Ada juga tea tasting untuk mengingat dan mengenali jenis teh dan komponen yang terkandung dalam sajian minuman teh. Terakhir adalah tea mixology, dimana kontestan akan berlomba dalam menyeduh dan menyajikan teh yang dicampur dengan bahan lain.

Lomba seperti ini mulai diminati anak muda seiring meningkatnya peminat teh dari kalangan milenial. Teh butuh sentuhan generasi milenial yang dengan kreativitas dan caranya sendiri bisa membuat banyak ragam teh menghasilkan rasa yang unik. Tea mixology, misalnya, bisa menjadi peluang bagi anak muda untuk membuka usaha yang kekinian dan disukai generasinya.

Bagi Oza Sudewo, pemilik Oza Tea House yang juga seorang tea specialist sekaligus perwakilan Tea Masters Cup Indonesia, teh adalah minuman masa depan. Teh bukan sekadar masa kini. Dengan menjadikan teh sebagai gaya hidup, masa depan teh akan sangat menjanjikan karena sudah mempunyai modal sebagai negara penghasil teh dan secara budaya masyarakat sangat dekat dengan teh. (MB. DEWI PANCAWATI/LITBANG KOMPAS)

Artikel Lainnya