KOMPAS/ IWAN SETIYAWAN

Gunung Barujari yang tumbuh di tengah kaldera Gunung Rinjani atau yang dikenal para ahli dengan nama Gunung Samalas, Agustus 2014.

Hidup Mati di Agung-Rinjani

Bencana Senyap dari Rinjani

·sekitar 3 menit baca

Walaupun relatif jauh dari permukiman, Gunung Barujari yang tumbuh di dalam kaldera Gunung Rinjani juga menyimpan bahaya mematikan. Bencana itu berupa banjir lahar yang mengancam desa-desa di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Rinjani ini.

Pada 8 Juni hingga 11 Agustus 1994, Gunung Barujari meletus hebat. Letusan ini disusul hujan lebat di puncak Gunung Rinjani pada bulan-bulan berikutnya, dan pada 3 November 1994, banjir lahar menyapu desa-desa di sepanjang Sungai Tanggik, Lombok Timur, yang berhulu di Gunung Rinjani. Bencana itu menelan 31 korban jiwa dan tujuh lainnya menderita luka berat.

Banjir juga merusak ribuan hektar lahan pertanian, saluran irigasi, dan bendungan. Desa yang terparah disapu banjir lahar itu ialah Mamben Daya dan Mamben Lauk, Apittaik, Kembangkerang, Aikmel Daya, dan Aikmel.

KOMPAS/ KHAERUL ANWAR

Hujan yang turun di puncak Gunung Rinjani hari Kamis (3/11/1994) siang menimbulkan bencana lahar dingin. Timbunan lahar dan debu akibat letusan Gunung Barujari dan turun ke arah selatan, menyapu persawahan dan perumahan di Kecamatan Aikmel dan Pringgabaya Lombok Timur.

Kemah (62), mantan guru SDN Semper Aik Perapa, mengisahkan, saat itu cuaca di desanya panas terik. Namun, mendung terlihat menggelayut di sekitar puncak Gunung Rinjani. ”Tiba-tiba pohon kelapa tampak seperti berjalan dari arah hulu Sungai Tanggek,” kata Kemah, yang saat kejadian berada di depan sekolahnya, sekitar 200 meter dari sungai.

Ia panik karena saat itu banyak warga dan anak didiknya tengah berada di sungai. Kemah lalu berteriak untuk memberi peringatan, tetapi terlambat. ”Delapan anak didik saya tewas terseret banjir lahar,” ujarnya.

Muhaimah (27), warga Aik Perapa lainnya, mengatakan, dia tengah di pinggir saat tiba-tiba mendengar suara gemuruh sangat keras dari hulu sungai. Ia kemudian bergegas naik ke tebing sungai. Hanya sekitar lima menit setelah dia naik ke tebing, banjir lahar menyapu sungai. ”Saya berhasil menyelamatkan diri, tapi kedua teman saya hilang dan akhirnya ditemukan tewas,” tuturnya.

KOMPAS/ IWAN SETIYAWAN

Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas menggunakan perahu karet kecil untuk menyeberangi Danau Segara Anak menuju Gunung Barujari di kaldera Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Senin (30/10/2011). Gunung Barujari merupakan gunung anakan aktif yang muncul di tengah kaldera Rinjani dan terakhir tercatat meletus pada tahun 2010.

Petaka itu juga masih diingat Suhar (60), warga Aikmel Utara. Waktu itu, dia baru saja mendapatkan kabar, banjir lahar telah melanda Desa Aik Perapa yang berada di hulu. Dia segera mengumumkan adanya banjir lahar itu melalui pengeras suara di masjid agar warga menjauh dari sungai.

Sebagian warga yang tengah mandi dan mencuci di pinggir sungai bergegas naik ke tebing setinggi 8 meter. Benar saja, tak sampai 15 menit setelah pengumuman disampaikan, bajir lahar menyapu deras desanya.

Heryadi Rahmat dari Museum Geologi, Bandung, mengatakan, letusan Gunung Barujari tidak secara langsung membahayakan warga di sekitar Gunung Rinjani. ”Tetapi, kita mengkhawatirkan banjir lahar yang bisa datang tiba-tiba,” katanya.

Ahmad Arif; Indira Permanasari; Agung Setyahadi; Agustinus Handoko; Cornelius Helmy Herlambang; Iwan Setiyawan; Fikria Hidayat; Budiawan Sidik Arifianto; Gusti Pemuda Bestari

Artikel Lainnya