Jumlah kedai kopi single origin di Malang, Jawa Timur, terus berkembang. Saat ini jumlahnya diperkirakan ratusan buah yang tersebar di hampir semua penjuru, mulai dari daerah permukiman, fasilitas umum, sampai kawasan pendidikan.

Salah satu kedai yang cukup lama berdiri dan sampai sekarang masih eksis adalah Remboeg Pawon di Jalan Terusan Sulfat, Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing. Salah satu pemilik kedai, Deni Pradana (28) atau yang biasa panggil Menel, Kamis (24/5/2018), mengatakan, komunitasnya pernah menghitung jumlah kedai di Malang saat ini mencapai 600 warung.

“Dulu, empat tahun lalu, di ruas Jalan Sulfat dan Terusan Sulfat ini, hanya saya sendiri yang jualan. Saat ini sudah ada empat warung yang jualan kopi. Kalau satu wilayah di daerah sini saja ada puluhan. Lihat saja di wilayah Dinoyo dan Sengkaling (Malang Barat, kawasan pendidikan), bisa dikatakan di sana tiap 50 meter ada kedai kopi,” ujarnya.

Maraknya kedai kopi tentu memunculkan persaingan di antara sesama warung. Namun, Remboeg Pawon menilai tidak ada persaingan karena setiap kedai punya konsep berbeda. Dan untuk bisa terus menarik konsumen, Menel menyebut kuncinya ada pada ide dan kreativitas. ”Satu lagi, ya, menjaga kualitas rasa,” katanya.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Para pemuda dan petani kopi berlatih cuping di Desa Srimulyo, Dampit, Malang, Jawa Timur, Selasa (9/1/2018). Pelatihan secara swadaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petani menjaga kualitas kopi produksi mereka.

Remboeg Pawon beroperasi pada pukul 09.00-01.00 pada hari biasa. Kedai dua lantai dengan kapasitas kursi 80 yang berada di tepi jalan raya itu menyuguhkan 27 varian dengan aneka bentuk penyajian. Sejak berdiri, kedai ini menawarkan kopi dari hampir semua daerah di Indonesia (lebih dari 20 daerah), mulai dari Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, hingga Papua, termasuk robusta dan arabika dari Jawa Timur sendiri.

Dibantu tiga karyawan, Menel sendiri yang menyangrai semua biji kopi itu. “Yang roasting saya sendiri. Banyak trik yang harus dipelajari (dalam me-roasting) jadi bagaimana mempelajari kualitas kopi itu salah satu visi paling penting,” katanya.

Satu lagi, Remboeg Pawon juga membuka diri apabila ada pihak atau teman-teman pemilik kedai kopi yang ingin menimba ilmu, berlatih, dan menguji menu kopi. Kedai kopi lainnya adalah DialecticCafe yang berada di pinggir Jalan MT Haryono, Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru.

Kedai ini bisa dibilang masih baru beberapa bulan di tempat itu. Sebelumnya, DialecticCafe berada di belakang Kampus Universitas Muhammadiyah Malang.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Aneka jenis kopi yang dihasilkan dari perkebunan kopi milik PTPN XII Kebun Bangelan, Wonosari, Malang, Jawa Timur, Senin (8/1/2018). Kebun Bangelan menghasilkan kopi robusta yang diekspor ke Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang.

Selain di tepi jalan raya, kedai ini cukup luas, mampu menampung 100 orang, sehingga menjadi tempat yang enak buat nongkrong, utamanya oleh mahasiswa. Salah satu pemilik DialecticCafe, Zainudin Elyzain, mengatakan, pihaknya menawarkan aneka kopi dari berbagai daerah di Indonesia dengan bentuk penyajian beragam, mulai dari tubruk, Vietnam drip, espresso, dan press.

Dibantu tiga karyawan, dalam sehari kedai yang buka pukul 10.00-02.00 ini mampu menjual 60-70 cangkir. Konsumennya berasal dari kalangan beragam.

“Kenapa pindah ke tempat ini? Awalnya, ada teman yang menunjukkan bahwa ada lokasi strategis tetapi lama tidak ditempati. Selain mudah diakses, tempatnya juga luas sehingga kami memilih menempati lokasi yang sekarang,” katanya.

Menurut Zainudin, selain soal kelengkapan single origin yang disediakan, pihaknya memiliki strategi khusus untuk memenangi persaingan mengingat di kawasan itu banyak terdapat kedai serupa.

DialecticCafe pun berusaha memperhatikan kebutuhan pengunjung. Karena itu, kedai ini menyediakan ruang untuk diskusi dan live music dengan tujuan agar pelanggan tidak bosan.

”Banyak warung kopi di Malang, tetapi hanya jualan kopi. Padahal, Malang kota pendidikan sehingga perlu ada warung kopi yang menyediakan ruang untuk diskusi dan aktivitas keilmuan. Dialectic akan didesain untuk memenuhi forum-forum epistemik,” ujarnya. (Defri Werdiono)