Ekosistem Laut dan Pesisir

Laut adalah sumber penghidupan bagi masyarakat adat pesisir di Papua. Kelestarian laut tidak hanya demi perlindungan ekosistem tetapi juga membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat. Laut dan masyarakat pesisir tak dapat dipisahkan.

Sebagian masyarakat adat di pesisir Papua memiliki kesadaran tinggi menjaga laut mereka dengan cara tradisional. Mereka percaya memperlakukan laut dan isinya dengan bijaksana akan membawa manfaat yang berkelanjutan hingga anak cucu mereka.

Tambang dan Dampaknya

Selain keindahan alamnya, Papua juga terkenal akan sumber daya mineralnya, seperti emas, perak, tembaga, batubara, nikel, hingga batu gamping. Namun, aktivitas pertambangan yang mengeksploitasi kekayaan mineral di sejumlah lokasi di Papua justru mengakibatkan dampak lingkungan yang mengkhawatirkan.

Aktivitas pertambangan diduga berpengaruh pada tanah, sungai, dan laut yang menjadi tempat masyarakat menyandarkan kehidupan. Bagaimana masyarakat menghadapi hal ini..?

Perhutanan Masyarakat

Hutan menjadi sandaran hidup masyarakat adat di Papua. Kelestarian hutan adat tidak hanya membuat lingkungan terjaga demi anak cucu ke depan tetapi juga membawa manfaat ekonomi.

Di sejumlah lokasi di Papua, kelestarian hutan terwujud karena dukungan dari sejumlah pihak dengan pelibatan masyarakat adat di dalamnya. Kesadaran masyarakat menjadi elemen terpenting agar hutan tetap terjaga.

Komoditas Lokal

Selain terkenal akan kekayaan alamnya, Tanah Papua juga menjadi rumah bagi sejumlah komoditas lokal unggulan seperti kakao, kopi, masoi, pala, dan rumput laut. Komoditas non-deforestasi ini tidak hanya telah membangkitkan perekonomian lokal tetapi juga menghidupi masyarakat turun temurun. Sebagian di antaranya bahkan telah menembus pasar nasional hingga mancanegara.

Keanekaragaman Hayati

Tanah Papua yang terdiri atas Provinsi Papua dan Papua Barat menjadi salah satu surga keanekaragaman hayati di dunia. Hutan Papua dihuni 20.000 spesies tanaman, 602 jenis burung, 125 mamalia, dan 223 reptil. Laut Papua juga memiliki 75 persen dari seluruh terumbu karang dunia.

Tumbuhnya kesadaran masyarakat lokal menjadi kunci agar keanekaragaman hayati tetap dapat terjaga. Melindungi alam beserta keanekaragaman hayati yang berlimpah tidak hanya membuat lingkungan lestari tetapi juga membawa manfaat ekonomi.

Kedaulatan Pangan

Masyarakat adat Papua terbiasa mengonsumsi pangan lokal baik yang tersedia di alam maupun hasil bercocok tanam sebagai makanan pokok mereka, seperti sagu dan ubi jalar.

Namun, masifnya gempuran pangan dari luar Papua, termasuk beras dan makanan instan, membuat budaya pangan lokal di sebagian wilayah di Papua mulai meredup. Sagu dan ubi jalar mulai tergantikan oleh beras dan mi instan.

Trans Papua

Jalur Trans Papua yang dibangun pemerintah direncanakan membentang dari utara hingga Papua sepanjang 3.462 kilometer guna menyejahterakan perekonomian masyarakat. Namun, keberadaan Trans Papua juga menimbulkan dampak ekologi, seperti makin maraknya perambahan hutan ketika jalan dibuka dan hilangnya kawasan mangrove di pesisir. Belum lagi masih ada persoalan keamanan yang menyelubungi pembangunan jalan tersebut.

Pesona Alam dan Potensi Wisata

Karena keindahan alamnya, Papua kerap dijuluki serpihan surga yang jatuh ke bumi. Mulai dari pesona dataran tingginya yang eksotis, hutan hujan tropis yang magis, hingga laut dan pesisir yang memanjakan indera. Selain kekayaan alam yang bisa dijadikan destinasi wisata, Papua juga memiliki peninggalan sejarah perang dunia.

Deforestasi

Gugusan rimba di Tanah Papua menjadi hutan alam yang tersisa di Indonesia setelah belantara di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan dalam kondisi rusak. Namun, tutupan hutan di Papua kini terus berkurang akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan, tambang, maupun pembalakan liar.

Padahal, bagi masyarakat asli Papua hutan adalah ibu. Hutan yang hilang akan berdampak pada kehidupan masyarakat adat.